DKISP Kabupaten Banggai

Ramadhan Berkah

Belajar dari Kisah Khadijah Alkubra, Memanfaatkan Harta dan Tahta untuk Kemuliaan

569
×

Belajar dari Kisah Khadijah Alkubra, Memanfaatkan Harta dan Tahta untuk Kemuliaan

Sebarkan artikel ini

Pernah dikisahkan, suatu hari, ketika Rasulullah pulang dari berdakwah, beliau masuk ke dalam rumah. Khadijah menyambut dan hendak berdiri di depan pintu, kemudian Rasulullah bersabda, “Wahai Khadijah, tetaplah kamu di tempatmu.”

Ketika itu Khadijah sedang menyusui Fatimah yang masih bayi. Saat itu seluruh kekayaan mereka telah habis.

Seringkali makanan pun tak punya. Sehingga ketika Fatimah menyusui, bukan air susu yang keluar akan tetapi darah. Darahlah yang masuk dalam mulut Fatimah RA.

Kemudian Rasulullah mengambil Fatimah dari gendongan istrinya, dan diletakkan di tempat tidur.

Rasulullah yang lelah sepulang berdakwah dan menghadapi segala caci-maki serta fitnah manusia itu, lalu berbaring di pangkuan Khadijah hingga Rasulullah tertidur.

Ketika itulah Khadijah membelai kepala Rasulullah dengan penuh kelembutan dan rasa sayang. Tak terasa air mata Khadijah menetes di pipi Rasulullah, hingga membuat beliau terjaga dari tidurnya, seraya berkata

“Wahai Khadijah, mengapa engkau menangis?, Adakah engkau menyesal bersuamikan aku ?” tanya Rasulullah dengan lembut kepada istrinya.

Baca:  Kepala Kantor Kemenag Kabupaten Banggai Suardi Kandjae: Marhaban Ya Ramadhan

Dahulu engkau wanita bangsawan, engkau mulia, engkau hartawan. Namun hari ini engkau telah dihina oleh kebanyakan orang.

Semua orang telah menjauhi dirimu. Seluruh kekayaanmu habis. Adakah engkau menyesal, wahai Khadijah, bersuamikan aku ?” lanjut Rasulullah tak kuasa melihat istrinya menangis. Kemudian Siti Khadijah berkata, “Wahai suamiku, wahai Nabi Allah. Bukan itu yang kutangiskan,” jawab Khadijah.

“Dahulu aku memang memiliki kemuliaan, dan semua kemulia’an itu, telah aku serahkan untuk Allah dan Rasul-Nya. Dahulu memang aku adalah seorang  bangsawan, dan  Kebangsawanan itu juga,  aku serahkan untuk Allah dan Rasul-Nya. Dahulu memang aku memiliki harta kekaya’an berlimpah. Dan seluruh kekaya’an itupun telah aku serahkan untuk Allah dan Rasul-Nya.”

“Wahai Rasulullah, sekarang aku tak punya apa-apa lagi. Tetapi engkau masih terus memperjuangkan agama Allah ini. Wahai Rasulullah, sekiranya nanti aku mati sedangkan perjuanganmu menyebarkan Islam belum selesai, sekiranya engkau hendak menyeberangi sebuah lautan, sekiranya engkau hendak menyeberangi sungai,  namun engkau tidak memperoleh rakit atau pun jembatan, maka galilah  kuburanku, ambillah tulang-belulangku, jadikanlah sebagai jembatan bagimu untuk menyeberangi sungai itu, supaya engkau bisa berjumpa dengan manusia yang bisa melanjutkan dakwahmu.”

Baca:  CJH Banggai Bersaudara Masuk Kloter Pertama Sulteng

“Ingatkanlah mereka tentang kebesaran Allah. Ingatkanlah mereka kepada yang hak. Ajaklah mereka kepada Islam, wahai Rasulullah.”

Rasulullah pun tampak sedih, seraya berkata wahai Khadijah, istriku engkau meninggalkanku sendirian dalam perjuanganku. Siapa lagi yang akan membantuku?”

“Aku, ya Rasulullah !” sahut Ali bin Abi Thalib, jawab sang menantu Rasullulah.

Disamping jasad Siti Khadijah, Rasulullah kemudian berdo’a kepada Allah.

“Ya Allah, ya ILahi Rabby, limpahkanlah rahmat-Mu kepada Khadijahku, yang selalu membantuku dalam menegakkan Islam. Mempercayaiku pada saat orang lain menentangku. Menenangkanku pada saat orang lain menyusahkanku. Menenteramkanku pada saat orang lain membuatku gelisah.”

Inilah penggalan kisah dari seorang hamba Allah, yang patut dijadikan renungan. Dimana dia menjadikan harta dan tahta bukan untuk dibanggakan dan di pamerkan,  melainkan sebagai sarana untuk meraih kemuliaan. *

error: Content is protected !!