Banggai

Lestarikan Budaya Babasalan, Disdikbud Sosialisasikan Pemajuan Kebudayaan

615
×

Lestarikan Budaya Babasalan, Disdikbud Sosialisasikan Pemajuan Kebudayaan

Sebarkan artikel ini
Penulis: DKSIP BanggaiEditor: Naser KantuSumber Berita
Sosialisasi Pemajuan Budaya
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Banggai Syafrudin Hinelo S.Stp, M.Si, menghadiri Sosialisasi Pemajuan Budaya, Rabu (07/09/2022). (Foto : IST)

LUWUK – Tradisi dan kebudayaan lokal di Kabupaten Banggai harus menjadi penanda karakter budaya yang tidak boleh tergerus oleh efek dari kemajuan teknologi informasi.

Hal itu disampaikan oleh Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Banggai Syafrudin Hinelo saat membuka kegiatan Sosialisasi Pemajuan Kebudayaan Dalam Rangka Pelestarian Tradisi Budaya Kabupaten Banggai, Rabu (07/09/2022), di Hotel Dinasti, Luwuk.

Pentingnya menjaga kelestarian tradisi lokal, menurut Kadis Pendidikan, merupakan upaya untuk membendung dan menyaring arus informasi yang begitu cepat dan masif memasuki ruang-ruang publik, sebagai konsekuensi dari kemajuan teknologi informasi yang tidak terelakkan.

“Ketika kita diperhadapkan dengan kemajuan era industrialisasi 4.0, ruang-ruang publik kita akan terbuka dan dimasuki oleh teknologi informasi yang kita tidak bisa mengelak darinya. Sehingga dibutuhkan karakter budaya untuk menjaga kelestarian, kebhinekaan, dan martabat kita,” ujarnya.

Dalam kesempatan itu, Kadis Pendidikan mengapresiasi peran dari komunitas-komunitas pegiat seni dan budaya yang telah menghidupkan tradisi lokal Banggai Balantak Saluan Andio (Babasalan) melalui sejumlah kegiatan seperti festival seni maupun budaya.

Kreatifitas dalam memoles suatu kegiatan di bidang seni budaya sehingga menimbulkan daya tarik masyarakat, menurutnya, merupakan tantangan bagi pemerintah daerah.

Baca:  Begini Pendapat Warga Istanbul Soal Olahan Lokal Banggai

“Kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan harus mempunyai daya tarik agar makna dari kegiatan itu betul-betul tercermin dan tertanam dalam benak kita,” kata mantan Camat Pagimana ini

DIALOG BUDAYA

Sosialisasi Pemajuan Kebudayaan yang digelar oleh Dinas Pendidikan Banggai Bidang Kebudayaan menghadirkan Suparman Tampuyak yang membawakan materi tentang Objek Pemajuan Kebudayaan (OPK), khususnya sastra lisan.

Suparman merupakan salah satu pegiat sastra dan budaya Banggai yang menggeluti sastra lisan etnis Saluan. Buku “KESIK: Kumpulan Cerita Rakyat Saluan”, salah satu karyanya, saat ini tengah digarap menjadi film animasi oleh Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi RI.

Suparman menilai, pengelolaan OPK yang baik akan berefek langsung pada sektor ekonomi kreatif.

“Muaranya pada ekonomi kreatif. Kita bisa berkaca pada seniman-seniman di pulau Jawa yang menghabiskan masa hidupnya di atas panggung, karena pemanfaatan OPK bagi mereka adalah sesuatu yang memberikan manfaat secara ekonomi, di samping penyaluran ideologi dan politik mereka,” kata Suparman. Hal itu tentu membutuhkan dukungan penuh dari pemerintah daerah.

Sepuluh item OPK yang menjadi fokus pemerintah terdiri dari adat istiadat, seni, ritus, teknologi tradisional, pengetahuan tradisional, manuskrip, bahasa, olahraga tradisional dan permainan rakyat, tradisi lisan, dan cagar budaya.

Baca:  Birokrat Muda yang Bisa Buat Kejutan di Bursa Sekkab Banggai

Sementara itu, dalam pemaparan materi tentang ritus daur hidup suku Saluan di Pagimana, Alwi Madjid berharap, forum tersebut dapat menggali tradisi-tradisi lokal di Banggai yang belum terdokumentasi.

Peserta sosialisasi yang terdiri dari tokoh adat, Bosanyo Kintom, serta pegiat seni dan budaya, seperti Komunitas Zombie Nambo, Bengkel Teater Cahaya binaan Yati Tapo, Laboratorium Art Polabotan, Komunitas Seni Rompong, juga turut memberikan masukan dan berbagi cerita tentang tradisi lokal yang pernah mereka alami tapi sudah jarang ditemui saat ini.

Sophansyah Yunan, tokoh adat Babasal, menyarankan agar pihak-pihak terkait rutin menggelar forum diskusi sehingga tercipta dialog budaya yang membahas berbagai tradisi lokal yang ada di Banggai.

Mereka berharap, kegiatan-kegiatan yang diinisiasi oleh pemerintah daerah, khususnya di bidang seni dan budaya, tidak sekadar slogan dan acara seremonial belaka. “Pemajuan kebudayaan tidak boleh hanya jadi slogan, tapi bisa bergerak ke arah yg lebih baik,” ujar Yati Tapo. *

error: Content is protected !!