Pemda Banggai Miliki Peta Jalan Pengembangan Ekonomi Daerah Tangguh, Amirudin: Migas Kita Berakhir 2047

oleh -1068 Dilihat
oleh
Bupati Banggai Amirudin membuka seminar akhir riset Peta Jalan Pengembangan Ekonomi Daerah Tangguh dan Inklusif Berbasis Potensi, bertempat kantor Brida Kabupaten Banggai, Rabu (15/10/2025).

LUWUK TIMES – Setelah meriset selama empat bulan, Pemda Banggai kini memiliki peta jalan pengembangan ekonomi daerah tangguh dan inklusif berbasis potensi.

Hasil riset tersebut akan menjadi acuan Pemda dalam menyusun kebijakan pengembangan ekonomi daerah berbasis potensi lokal yang berkelanjutan.

“Yang kita inginkan dari hasil riset ini, kedepan, masyarakat bisa lebih jelas ke mana arah pengembangan ekonomi kita,” ujar Bupati Amirudin, Rabu (15/10/2025).

Siang itu, Bupati Amirudin membuka seminar akhir riset Peta Jalan Pengembangan Ekonomi Daerah Tangguh dan Inklusif Berbasis Potensi. Kegiatan berlangsung pada kantor Badan Riset dan Inovasi Daerah (Brida) Kabupaten Banggai.

Dalam melakukan riset, Brida Banggai bekerja sama dengan tim peneliti dari Universitas Padjajaran Bandung.

Bupati Banggai Amirudin menegaskan, Banggai tidak bisa terus-menerus menggantungkan ekonominya pada hasil migas yang kapasitasnya terbatas.

Parallax Image

Pendapatan asli daerah Banggai dari sektor migas masih mendominasi dan menjadi pengungkit utama pertumbuhan ekonomi daerah.

“Berdasarkan perjanjian tahap kedua, migas kita akan berakhir pada 2047. Hasil yang kita peroleh dari sektor migas inilah yang kita manfaatkan untuk pengembangan ekonomi pada sektor lainnya,” ujar Bupati Amirudin.

“Untuk mendukung agar perekonomian tetap tumbuh dan berkembang, maka kita perlu melakukan riset-riset seperti ini pada berbagai sektor,” lanjut Bupati Amirudin.

Dalam paparan hasil riset, Ketua Tim Peneliti Prof Ida Widyaningsih mengatakan, Banggai memiliki potensi ekonomi lokal yang sangat besar dan posisi yang strategis.

Riset peta jalan pengembangan ekonomi daerah ini berfokus pada potensi unggulan pada sektor pertanian, perikanan, kelautan, pariwisata, dan energi, khususnya energi terbarukan.

Selain ketergantungan pada sektor migas, hasil riset menunjukkan bahwa persoalan pembangunan ekonomi daerah, antaranya, terbatasnya pasar ekspor, masalah sumber daya manusia khususnya bidang IT.

Selain kapasitas teknologi masih rendah dan belum merata, serta sulitnya produk lokal bersaing di pasar global. Dalam riset juga dipaparkan sejumlah solusi dari setiap persoalan. *

Update artikel kami di Google News dan WhatsApp Channel