Luwuk

Terapkan Teknologi Biosulfur Fertilizer, PT Pertamina EP Donggi Matindok Field Kembali Sukses Gelar Panen Padi Organik

302
×

Terapkan Teknologi Biosulfur Fertilizer, PT Pertamina EP Donggi Matindok Field Kembali Sukses Gelar Panen Padi Organik

Sebarkan artikel ini
Panen Padi Organik menggunakan Teknologi Biosulfur dari PT. Pertamina EP Donggi Matindok Field, Senin (24/04/2022). (Foto : ISITIMEWA)
Panen Padi Organik menggunakan Teknologi Biosulfur dari PT. Pertamina EP Donggi Matindok Field, Senin (24/04/2022). (Foto : ISITIMEWA)

BANGGAI – Setelah sebelumnya berhasil menerapkan teknologi biosulfur fertilizer pada pertanaman padi organik, kini PT Pertamina EP Donggi Matindok Field kembali menggelar kegiatan panen padi biosulfur organik pada Senin, 25/04/2022.

Kegiatan tersebut dilaksanakan di Desa Cendanapura, Kecamatan Toili, Kabupaten Banggai.

Kegiatan panen padi biosulfur organik ini dihadiri Field Manager Donggi Matindok, Abidzar Akman beserta jajaran, perwakilan managemen PT Aimtop Nuansa Kimia, Pemerintah Kecamatan Toili, BPP Kecamatan Toili, Kepolisian Sektor Toili, Pemerintah Desa Cendanapura, Gapoktan Desa Cendanapura dan masyarakat sekitar.

Biosulfur merupakan produk ikutan yang dihasilkan dari proses pemurnian gas (desulfurisasi) di Biological Sulfur Recovery Unit (BSRU).

Dalam prosesnya H2S diubah menjadi sulfur dengan bantuan mikroorganisme spesifik. Mengacu pada Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 101 Tahun 2014, Biosulfur merupakan produk ikutan proses pengolahan gas dan tidak termasuk dalam daftar Limbah B3 dari sumber spesifik umum, sehingga biosulfur yang dihasilkan dari operasional CPP Donggi dan CPP Matindok bukan merupakan Limbah B3.

Panen Padi Organik oleh PT. Pertamina EP bersama petani Desa Cendanapura

Biosulfur diolah menjadi biosulfur fertilizer melalui proses bioteknologi dengan bantuan mikroorganisme dan penambahan bio filler material untuk mengoptimalkan ketersediaan unsur hara makro dan mikro.

Keunggulan dari penerapan inovasi biosulfur fertilizer ini adalah mampu menekan biaya produksi padi karena petani tidak perlu mengocek kantong dalam-dalam untuk membeli pupuk kimia yang harganya relatif mahal.

Petani tidak perlu membeli pupuk biosulfur karena Donggi Matindok Field memberikannya secara cuma-cuma sebagai bentuk dari program CSR perusahaan. Biaya yang dikeluarkan oleh petani hanyalah biaya transportasi dan aplikasi.

Baca:  Para Buruh di Luwuk Banggai Protes, Ini Aspirasi Mereka

Donggi Matindok Field Manager, Abidzar Akman disela-sela prosesi pemanenan menjelaskan bahwa program pengembangan teknologi pemupukan Biosulfur Fertilizer ini merupakan program kerjasama antara PT Pertamina EP Donggi Matindok Field dengan PT Aimtop Nuansa Kimia sebagai upaya perusahaan dalam menciptakan Creating Shared Value (CSV) atau berbagi manfaat bersama antara perusahaan dengan masyarakat.

“Program ini merupakan bagian dari komitmen perusahaan dalam menciptakan manfaat bersama antara kami dengan masyarakat. Tujuan kami adalah perlahan mengentaskan petani dari ketergantungan pupuk kimia yang ketersediaannya relative langka dan harganya relative tinggi sehingga penerapan teknologi ini diharapkan mampu mengurangi biaya produksi serta meningkatkan pendapatan petani. Program ini juga bertujuan untuk perlahan mengubah paradigma sistem pertanian yang awalnya konvensional menuju pertanian organik yang lebih sehat dan berwawasan lingkungan” tutur Abidzar.

Sementara itu Kepala Desa Cendanapura, Ponari memberikan apresiasi atas keberhasilan penerapan teknologi biosulfur pada lahan pertanaman padi yang berada di wilayahnya.

“Kami mengapresiasi langkah Pertamina EP mengembangkan teknologi ini. Kami berharap keberhasilan dari aplikasi pupuk ini bisa disosialisasikan lebih luas sehingga lebih banyak masyarakat petani disini yang dapat memperoleh manfaat dari program CSR yang dicanangkan oleh Pertamina EP. Pemerintah Desa Cendanapura siap membantu dan mengawal pelaksanaan program penerapan teknologi biosulfur fertilizer ini’ pungkas Ponari.

Sama seperti tahap uji coba sebelumnya, tanaman padi hanya dipupuk menggunakan biosulfur dan urine sapi, serta tidak menggunakan pupuk kimia sedikitpun.

Baca:  Pilkades Serentak, Kapolres Banggai Terjunkan Ratusan Personil Gabungan

Hasil dari penerapan inovasi ini cukup memuaskan, hasil perhitungan ubinan menunjukkan bahwa produktivitas padi yang dihasilkan cukup tinggi yaitu mencapai 5 ton/ha, padahal lahan yang digunakan merupakan lahan sawah baru yang masih miskin unsur hara.

“Hasil padi cukup bagus, jarang dijumpai bulir kosong dan gabah terisi sampai ke pangkal malai. Penerapan pupuk Biosulfur ini bisa dibilang berhasil mengingat lahan yang digunakan merupakan lahan sawah baru (tulang) yang masih miskin akan unsur hara. Di lahan “tulang” saja hasilnya seperti ini, apalagi jika diterapkan di lahan “daging”. Saya sangat tertarik dengan program ini, semoga di musim tanam kedepan ini kami juga bisa merasakan penggunaan pupuk biosulfur ini” harap Kawit, petani di sekitar lokasi.

Perwakilan dari managemen PT Aimtop Nuansa Kimia, Edward menambahkan bahwa setelah melihat keberhasilan dari aplikasi pada lahan pertanaman padi di Minahaki dan Cendanapura ini, banyak masyarakat yang berminat untuk menerapkan teknologi biosulfur fertilizer.

“Respon masyarakat cukup baik, sampai saat ini banyak masyarakat yang berminat mencoba menerapkan teknologi ini. Beberapa datang ke kantor untuk menanyakan terkait teknologi biosulfur fertilizer ini. Semoga dengan adanya fasilitas produksi yang baru ini mampu mengakomodir permintaan dari masyarakat petani secara massif” ujar Edward.

PT Pertamina EP Donggi Matindok Field berkomitmen untuk terus mengembangkan dan menyempurnakan teknologi biosulfur fertilizer ini sehingga mampu memberikan manfaat lebih bagi masyarakat sekitar. *

error: Content is protected !!