BANGGAI – JOB Tomori bersama PWI Banggai menggelar Media Visit ke Desa Sumber Harjo, Kecamatan Moilong, yang mendapatkan program pemberdayaan masyarakat, Minggu (01/12/2024).
Kehadiran JOB Tomori di desa ini, mampu memberikan perubahan berarti dalam perekonomian masyarakatnya.
Diceritakan Kepala Desa Sumber Harjo, Baron Rahmanto di Tahun 2017, desanya mengalami gagal panen.
“Penyebab utama, kebanyakan hama tikus. Kalau wereng, ulet bisa dibasmi dgn obat,” ungkapnya.
Maka saat itu pula, dirinya menyurat ke JOB Tomori untuk dibantu belajar ke Kabupaten Demak, terkait budidaya Burung Hantu sebagai predator alami hama tikus.
Akhirnya Tahun 2018, kata Baron, budidaya Burung Hantu dimulai.
Keinginan itu tidaklah berjalan mulus, tantangan utama yang dihadapinya bersama BPD adalah mitos atau ketakutan masyarakat Desa Sumber Harjo terhadap Burung Hantu sebagai pertanda tidak baik.
“Mengalihkan persepsi masyarakat, dari ketajutan burung hantu, menjadi kemaslahatan, sesuatu yang sangat luar biasa. Hingga, suatu waktu salah satu warga kita ke sawah, dia melihat langsung burung hantu itu memakan tikus, dari itulah mereka benar percaya bahwa burung hantu adalah predator tikus,” kisahnya.
Karena masyarakat sudah percaya terhadap terobosan Pemdes tersebut, Baron meminta agar semua pihak duduk bersama, guna mengambil keputusan terkait kelanjutan budidaya Burung Hantu.
“Setelah semua sepakat, kami mengeluarkan Perdes Perlindungan Burung Hantu. Alhamdulillah, saat ini telah ada 40 Rubuhan (Rumah Burung Hantu), yang dibantukan dari JOB Tomori dan BKSDA Sulteng. 1 Burung wilayah patrolinya 5 Ha, dengan jarak pengawasan 500 meter,” paparnya.
Sebanyak 150 Ha persawahan di Desa Sumber Harjo kini mendapat pengawasan langsung dari 38 indukan Burung Hantu.
Hasilnya terjadi perubahan signifikan terhadap produktivitas petani Sumber Harjo, sebanyak 70 persen.
Jika dibandingkan, sejak Tahun 2012 sampai 2018, hanya menghasilkan 30-60 karung pe hektare. Namun, adanya predator alami Burung Hantu, dari Tahun 2019 hingga saat ini Tahun 024 70, setiap hektare sawah menghasilkan 90 sak beras.
Inovasi Pemdes Budidaya Burung Hantu ini, kata Baron, telah mendapat kunjungan studi banding dari 7 kabupaten se Sulteng.
Ada tantangan baru dalam budidaya Burung Hantu ini, yakni desa tetangga tidak menerapkan Perdes yang sama, serta mitos maayarakat desa tetangga yang juga tak kunjung berakhir terhadap Burung Hantu.
“Kalau nyebrang ke desa lain, yah resikonya ditembak warga,” ungkapnya.
Untuk keberlanjutan Budidaya Burung Hantu ini, Pemdes juga menyediakan aviari untuk memeriksa kesehatan Burung Hantu.
Rubuhan juga didesain anti petir dan tahan guncangan.
Selain itu, guna mengintegrasikan pertanian dan wisata didesa tersebut, Pemdes bersama JOB Tomori, membangun fasilitas wisata Burung Hantu.
“Kami bulan kemarin, kedatangan wisatawan mancanegara dari Prancis,” sebut Baron.
Agus Sudaryanto selaku Bussines Support JOB Tomori mengakui keberhasilam program ini tidak terlepas dari peran sentral Kades Sumber Harjo.
“Tokoh Utama adalah Kades Sumber Harjo, Pak Baron. Hanya orang dengan kepemimpinan yang mampu merubah masyarakatnya, yang bisa membawa keberhasilan program ini,” pungkas Agus. *
Discussion about this post