Defisit keuangan parpol tak jarang mendorong tekanan luar biasa pada elitnya. Meski iuran anggota mencapai 5-15% dari penghasilan tetap anggota legislatif dan eksekutif, kas parpol tetap saja minus. Untuk menutupi itu anggota parpol cenderung dipaksa bekerja keras hingga menyuburkan perilaku korupsi. Tak bisa disangkal, hampir semua parpol terjebak dalam kondisi ini. Disitu citra parpol anjlok lewat persepsi publik.
Sumber ketiga dana parpol berasal dari pihak ketiga. Simbiosis mutualisme antara kelompok oligarchi dan elit parpol setidaknya memberi dana segar bagi parpol. Pragmatisme ini terjadi lewat pertukaran kepentingan jual-beli ayat dan pasal. Keberpihakan parpol pada pihak ketiga menjadikan produk kebijakan terkontaminasi oleh kepentingan pemodal dibanding memperjuangkan kebutuhan kaum alit.
Ketiga sumber keuangan itu jelas menciptakan dilema bagi parpol. Bantuan negara menciptakan ketergantungan dan ketidaknetralan, iuran anggota melahirkan korupsi, sedangkan bantuan pihak ketiga menyandera parpol lewat pragmatisme kebijakan negara. Kenyataan itu tentu saja membutuhkan perubahan sistem dan tata kelola keuangan yang sehat bagi masa depan parpol agar mandiri, profesional dan kuat.
Untuk itu perlu dipikirkan strategi yang secara langsung maupun tak langsung mampu mengubah ketergantungan parpol pada negara, anggota dan pihak ketiga. Mungkin perlu perubahan mekanisme demokrasi, dengan mensubstitusi mekanisme pemilihan eksekutif dari langsung menjadi tak langsung. Demikian pula mekanisme pemilu legislatif dari proporsional terbuka menjadi tertutup.
Kedua strategi itu dengan sendirinya akan mengalihkan tetesan sumber daya dari tim sukses dan grass root ke internal parpol. Pengalihan itu selanjutnya diinstitusionalisasikan menjadi syarat yang dapat diakses publik untuk menghindari tuduhan pengalihan alur money politics dari atas ke bawah menjadi dari bawah ke atas. Perubahan ini akan memudahkan audit sekalipun bukan tanpa kekurangan.
Namun, bila kandidat di legislatif dan eksekutif selama ini lebih banyak membuang modal ke basis konstituen, bukankah dengan perubahan mekanisme tersebut dengan sendirinya akan menyerap sumber daya milik kandidat berakhir di organisasi parpol ketimbang jatuh di tangan tim sukses. Dengan begitu parpol tak hanya lepas dari problem keuangan, juga semakin kuat, mandiri dan profesional, tak semata bergantung pada negara dan pihak lainnya. *
Discussion about this post