e. Memperkuat Kontestasi Berdasarkan Gagasan
Kampanye harus fokus pada visi, misi, dan program kerja yang jelas dan strategis, bukan pada serangan pribadi atau propaganda kebencian. Rasulullah SAW. mengajarkan untuk mengutamakan maslahat:
خَيْرُ النَّاسِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ
“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia.” (HR. Ahmad).
6. Mengedepankan Hikmah Kekalahan
Pemenang sejati tidak diukur dari hasil suara, tetapi dari kematangan emosional dalam menerima takdir Allah. Jika mengalami kekalahan, seorang kontestan tetap harus:
Melihat kekalahan sebagai hikmah dari Allah untuk kebaikan di masa depan.
Tetap berkontribusi kepada masyarakat melalui cara lain.
Menguatkan pendukung untuk menerima hasil dengan lapang dada.
Rasulullah ﷺ bersabda:
وَاعْلَمْ أَنَّ مَا أَصَابَكَ لَمْ يَكُنْ لِيُخْطِئَكَ، وَمَا أَخْطَأَكَ لَمْ يَكُنْ لِيُصِيبَكَ
“Ketahuilah bahwa apa yang ditakdirkan menimpamu tidak akan luput darimu, dan apa yang tidak ditakdirkan menimpamu tidak akan menimpamu.” (HR. At-Tirmidzi).
7. Kesimpulan: Menegakkan Kemenangan Sejati
Pemenang sejati adalah mereka yang menjunjung tinggi nilai-nilai moral, menerima takdir Allah, dan tetap berkomitmen untuk melayani masyarakat dengan keikhlasan. Sistem politik yang lebih bersih dan berintegritas harus dibangun melalui pendidikan, penegakan hukum, dan perbaikan regulasi.
Dengan demikian, kita dapat mewujudkan demokrasi yang berkeadilan dan sesuai dengan prinsip-prinsip Islam.
Semua langkah ini bermuara pada satu tujuan mulia: menciptakan pemimpin yang mampu membawa kemaslahatan bagi rakyat, sebagaimana Allah SWT. berfirman:
إِنَّ ٱللَّهَ يَأۡمُرُ بِٱلۡعَدۡلِ وَٱلۡإِحۡسَٰنِ
“Sesungguhnya Allah menyuruh (berbuat) adil dan berbuat kebajikan.” (QS. An-Nahl: 90).
Walhasil, pemenang sejati dalam pemilu bukanlah semata-mata mereka yang berhasil meraih suara terbanyak, tetapi mereka yang mampu menjaga integritas, nilai-nilai moral, dan kematangan emosional dalam seluruh proses kontestasi.
Pemenang sejati adalah individu atau kelompok yang sejak awal memulai langkah dengan niat pengabdian, berkomitmen untuk berkontribusi bagi kemaslahatan rakyat, dan bersedia menerima hasil pemilu sebagai takdir Allah dengan sikap lapang dada, baik dalam kemenangan maupun kekalahan.
Islam mengajarkan bahwa segala sesuatu yang terjadi di dunia ini adalah bagian dari ketetapan Allah yang telah termaktub di Lauh Mahfuzh. Firman Allah:
وَعَسَىٰٓ أَن تَكۡرَهُواْ شَيۡـٔٗا وَهُوَ خَيۡرٞ لَّكُمۡۖ وَعَسَىٰٓ أَن تُحِبُّواْ شَيۡـٔٗا وَهُوَ شَرّٞ لَّكُمۡۗ وَٱللَّهُ يَعۡلَمُ وَأَنتُمۡ لَا تَعۡلَمُونَ
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu buruk bagimu. Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 216).
Pemenang sejati juga adalah mereka yang mampu memelihara kejujuran dan menghormati aturan main tanpa menggunakan cara-cara yang curang seperti politik uang, intimidasi, atau penyebaran fitnah. Rasulullah ﷺ mengingatkan bahwa tujuan yang baik tidak akan pernah membenarkan cara yang buruk. Beliau bersabda:
إِنَّ اللَّهَ طَيِّبٌ لَا يَقْبَلُ إِلَّا طَيِّبًا
“Sesungguhnya Allah itu Maha Baik dan tidak menerima kecuali yang baik.” (HR. Muslim).
Lebih dari itu, pemenang sejati adalah mereka yang tetap memberikan kontribusi nyata kepada masyarakat meskipun tidak berada di lingkaran pemerintahan.
Kesiapan untuk berkolaborasi, memberi masukan yang konstruktif kepada pemimpin terpilih, dan menjaga persatuan bangsa adalah ciri dari pemimpin yang berjiwa besar.
Sebagai penutup, dinamika politik dalam pemilu adalah cerminan kedewasaan sebuah bangsa. Untuk itu, diperlukan kesadaran kolektif bahwa pemilu bukanlah sekadar ajang untuk meraih kekuasaan, melainkan sebuah amanah besar untuk memperjuangkan kemaslahatan umat. Hanya dengan komitmen terhadap nilai-nilai kejujuran, keadilan, dan penghormatan terhadap keputusan Allah, bangsa ini dapat melahirkan pemimpin yang benar-benar membawa keberkahan dan kemajuan.
Mari kita jadikan setiap proses demokrasi sebagai sarana untuk memperkuat ukhuwah, memperjuangkan keadilan, dan mengabdi kepada rakyat. Dengan begitu, pemenang sejati dalam pemilu bukan hanya mereka yang meraih suara terbanyak, tetapi mereka yang meraih kemenangan hakiki di hadapan Allah, Sang Maha Pengadil. *
**) Ikuti berita terbaru Luwuk Times di Google News
Discussion about this post