Sempat memimpin pada babak 1 dan 2. Tapi sayang pada babak berikutnya poinya melorot dan hanya bisa finis pada urutan ke 7.
Awal yang baik dan patut mendapat apresiasi. Tim ini layak dipertahankan untuk menjadi the dream team bagi PWI Sulteng.
Cabor futsal diarsiteki Muchsin Siradjudin. Prestasinya Runner up dan lumayan baik. Dua kali main hasilnya sekali draw vs Kaltara 3-3 dan kalah 5-1 dari Lampung.
Potensi Medali
Cabor futsal kedepan punya potensi medali. Pemain Mughni, Wahono, Moh Yamin, Yohanes, dan Amar Sakti bermain baik. Fisik masih memungkinkan, punya mental juara dan layak dipertahankan.
Perlu rekruitmen pemain tambahan yang muda dan energik guna menambah daya gedor Muqhni dan Wahono. Endurence, speed dan chemestry antar pemain perlu jadi prioritas perbaikan.
Cabor catur PWI Sulteng hanya menurunkan Agus Panca Saputra. Bertanding pada catur cepat perorangan, hasilnya terbilang baik.
Sempat beberapa kali menang pada babak awal. Namun pada babak akhir dilucuti pecatur-pecatur nasional. Catur masih layak diturunkan dengan menambah pemain dan perlu jam terbang agar terbiasa dengan kompetisi.
Jika dahulu kita disegani. Tapi hari ini kita hanya dianggap sebagai pelengkap penderita.
Itulah yang terjadi pada Bulutangkis. Lima Porwanas terakhir cabor Bulutangkis selalu memberikan kontribusi medali bagi Sulteng. Terakhir di Bandung 1 perak 2 perunggu. Kedepan cabor ini perlu mendapat perhatian lebih serius jika tetap akan menjadi kontestan.
Tenis Meja, Sulteng pernah jaya. Itu pada Porwanas II Makassar tahun 1985. Tri Putra Toana sempat dikalungi medali emas. Setelah itu Sulteng sepi dari prestasi.
Tiga Porwanas terakhir Banjarmasin, Bandung dan Malang cabang tenis meja hanya sekadar penghibur. Pemain Sulteng kalah kelas kalah jam terbang dan perlu mendapat evaluasi.
Dua Porwanas terdahulu cabang atletik absen. Baru Porwanas tahun ini Sulteng menurunkan atletnya, Rifky berlomba pada nomor 5.000 meter.
Hujan Protes
Perlombaan yang diwarnai hujan protes. Karena ada atlet nasional yang ikut. Rifky harus bersaing dengan 23 pelari lainnya. Hasilnya Rifky hanya mampu finis ke 9.
Penyebab tidak maksimalnya prestasi Rifky adalah harus berlaga pada 2 cabor. Yakni bulutangkis dan atletik. Bila atlet fokus pada 1 cabor hampir dapat dipastikan hasilnya akan lebih baik.
Porwanas XIII Malang telah usai. Satu yang terpenting yang nampak Porwanas masih jauh dari sportifitas dan solidaritas.
Kalah menang dalam olahraga adalah hal yang jamak. Jika hari ini PWI Sulteng prestasinya minim, medalinya nihil, bisa jadi besok PWI Sulteng akan berprestasi tinggi dan jadi pemenang.
Yang pasti untuk jadi pemenang syaratnya, persiapan dan latihan harus tingkatkan, lebih serius, harus lebih panjang dan berkesinambungan.
Tak cuma itu. Jam terbang dan kompetisi atlet harus perbanyak. Biar kualitas makin teruji dan terjaga. *
Discussion about this post