Jodoh Ketemu

oleh -47 Dilihat
oleh
‎Mahmud Marhaba (kanan), saya dan Sekretaris DKSIP Kabupaten Banggai, Rastono (kiri)

‎‎‎Oleh: Herdiyanto Yusuf

SAAT saya masih berjuang sebagai mahasiswa sambil mengelola majalah kampus, ia sudah lebih dulu menjadi wartawan profesional.

Ketika saya meniti karier di radio, lalu mengelola tabloid lokal, hingga akhirnya bergabung sebagai wartawan di Gorontalo Post, ia tetap setia dengan jalurnya.

Ia mengelola tabloid sendiri, tak pernah tergoda masuk ke koran besar, bahkan hingga kini konsisten dengan pilihannya.

‎‎Pria yang tetap tampak segar ini adalah Mahmud Marhaba.

Seorang jurnalis senior asal Gorontalo yang menapaki perjalanan panjang puluhan tahun dengan dedikasi penuh pada jurnalisme independen.

Dari liputan lokal, ia berkembang menjadi penggerak utama pers siber.

‎‎Tadi malam kami akhirnya bertemu tanpa rencana. Dua hari sebelumnya, saat ia berada di Ampana untuk membentuk sekaligus melantik pengurus daerah Pro Jurnalismedia Siber (PJS), ia sempat menelepon saya agar bisa bertemu di Luwuk untuk agenda serupa.

Namun janji itu luput dari ingatan saya. Hingga semalam, tanpa diduga kami berjumpa di sebuah rumah makan Kadompe, Maahas, Luwuk, Sulawesi Tengah.

BACA JUGA:  Tanpa Nama

‎‎Pertemuan terakhir kami sebenarnya terjadi jauh sebelumnya, di Semarang 2002, saat Rakernas Jaringan Media Siber Indonesia (JMSI).

Waktu itu ia menjabat Sekjen, sementara saya dipercaya menjadi Ketua JMSI Sulteng.

Selepas itu, kabar darinya seakan menghilang, terlebih dua tahun terakhir saya lebih banyak bergulat dengan sakit yang membuat saya seperti terputus dari dunia luar.

‎‎Pertemuan semalam membuka kembali cerita panjangnya.

Saya baru tahu, sejak akhir 2022 Mahmud mendirikan PJS dan kini menjabat Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat.

Ia bahkan terpilih kembali secara aklamasi dalam Musyawarah Nasional II di Palu, Juli 2025.

Di bawah kepemimpinannya, PJS kini telah merangkul sekitar 1.200 wartawan aktif di 26 provinsi.

Fokusnya jelas: Uji Kompetensi Wartawan (UKW), pelatihan, dan perlindungan jurnalis, dengan target besar menjadi konstituen resmi Dewan Pers.

‎‎Selain memimpin PJS, Mahmud dikenal sebagai penguji handal UKW.

Ia kerap bekerja sama dengan Lembaga Uji Kompetensi Wartawan (LUKW), termasuk UPN Veteran Yogyakarta, dan menjadi penguji di berbagai daerah seperti Pohuwato, Universitas Negeri Gorontalo, hingga PLN Gorontalo.

BACA JUGA:  Prabowo Sadewo; Macan Asia Tiba-tiba Mengaum

Kiprahnya selalu menjaga standar kompetensi wartawan dengan tegas namun tetap adil.

‎‎Hingga September 2025, ia masih aktif memimpin Muscab di berbagai daerah.

“Dua hari lalu di Tojo Una-Una, dirangkai dengan seminar menghadapi wartawan non-profesional,” ujarnya.

Ia juga menggandeng FIDKOM UIN Jakarta untuk regenerasi wartawan muda.

Tak berhenti di situ, Mahmud membangun sinergi lintas sektor, termasuk kunjungan ke Pussenif TNI-AD Bandung pada Agustus 2025 untuk kolaborasi pemberitaan yang akurat.

Di sela kesibukannya, ia pun rajin menulis catatan kritis tentang dinamika pers nasional, termasuk soal penantian kepemimpinan PWI.

‎‎Semangatnya yang tak pernah padam membuat Mahmud Marhaba tetap relevan dan diperhitungkan, bahkan di era digital yang penuh tantangan dan perubahan cepat.

“Dunia ini sempit ya, tak sangka ketemu di sini,” katanya.

“Ya begitu lah jodoh, tak direncanakan pun akan ketemu,” kata saya. *

Penulis lepas dan pekerja serabutan di Luwuk-Banggai, Sulawesi Tengah