Oleh: Andika Kasimun
DI bawah terik matahari yang menyengat Kota Luwuk, Kakek Lahera, seorang pria berusia 66 tahun, terus melangkah.
Tubuhnya ringkih, matanya hanya mampu melihat dengan sebelah, dan pendengarannya mulai melemah.
Meski begitu, ia tetap berjuang, menyusuri sudut-sudut kota untuk mengumpulkan botol bekas.
Pertemuan saya dengan Kakek Lahera terjadi di depan Kantor Perpustakaan Kabupaten Banggai.
Hari itu, sekitar pukul 11.48 wita, cuaca terasa begitu panas. Usai wawancara dengan Kadis Perpustakaan Benyamin Pongdatu.
Saya melihat sosok pria tua dengan pakaian sederhana, pakaian partai lusuh dan celana krem.
Ia membawa karung besar berisi botol bekas, yang beratnya hampir enam kilogram.
Rasa penasaran saya muncul, teringat pesan dari senior jurnalis di Kota Luwuk, Sutopo Etending.
“Ide itu mahal, jadi kalau ada ide langsung tulis.” Saya mendekati Kakek Lahera dan memulai percakapan.
Dengan suara lemah dan tubuh yang tampak gemetar, ia menceritakan hidupnya.
“Saya mencari botol bekas untuk dijual, supaya bisa makan hari ini,” ucapnya sambil tersenyum tipis.
Ketika ditanya soal keluarganya, wajahnya berubah sayu. Ia tinggal sendirian di Rajawali.
“Istri saya sudah tidak ada, jadi saya harus bertahan hidup sendiri,” tuturnya.
Kakek Lahera bukan hanya harus melawan keterbatasan fisiknya, tetapi juga kesendirian yang menyelimuti hari-harinya.
Pendengarannya yang terganggu dan penglihatannya yang tak lagi sempurna menjadi penghalang, tetapi ia tidak menyerah.
Percakapan singkat itu menyisakan kesan mendalam bagi saya. Sebelum berpisah, saya memberikan sedikit rezeki untuk membantu kebutuhan harian Kakek Lahera.
Namun, bantuan kecil ini tentu tidak cukup. Kakek Lahera membutuhkan lebih dari itu—perhatian dan dukungan nyata dari masyarakat dan pemerintah daerah.
Tulisan ini saya buat sebagai seruan kepada kita semua. Di tengah kemajuan zaman, masih ada orang-orang seperti Kakek Lahera yang harus berjuang seorang diri demi sesuap nasi.
Pertemuan singkat itu meninggalkan kesan mendalam. Di tengah panasnya hari dan beban hidup yang berat, Kakek Lahera tetap gigih bertahan.
Tulisan ini bukan hanya tentang dirinya, tetapi juga menjadi pengingat akan tanggung jawab kita sebagai masyarakat.
Semoga pemerintah daerah dan pihak-pihak terkait dapat turun tangan membantu mereka yang membutuhkan, seperti Kakek Lahera.
Karena sejatinya, setiap orang berhak mendapatkan kehidupan yang lebih layak. *
Penulis adalah wartawan Luwuk Times
Discussion about this post