Reporter Sofyan Labolo
BATUI SELATAN, Luwuk Times.ID — Para jurnalis mewawancarai perwakilan komunitas adat terpencil (KAT) suku Loinang, Minggu (30/05/2021). Hampir satu jam, Sekap di interviu para wartawan di kediaman adik kandung Pesawat yang merupakan Kepala Suku Loinang tersebut.
Berbagai hal ditanyakan para jurnalis. Mulai dari silsilah keluarga, aktivitas kesehariannya hingga apa yang menjadi aspirasi atau keinginan Sekap pada pemerintahan baru kedepan.
Sekalipun wawancara hanya melalui translate, mengingat Sekap tidak begitu menguasai bahasa Indonesia, namun perbincangan itu berjalan lancar dan penuh keakraban.
Terlebih lagi ketika disentil nama Bupati Banggai terpilih, H. Amirudin Tamoreka (AT). Sekap sangat merespons nama besar itu.
“Kalau pak Amir saya kenal,” ucap Sekap.
Pada pilkada Banggai 2020, di wilayah Dusun Tombiobong, Desa Maleo Jaya, Kecamatan Batui Selatan ini memiliki sebanyak 32 Kepala Keluarga (KK), 29 KK diantaranya Suku Loinang. Itu artinya ada sekitar 60-an wajib pilih di dusun yang cukup terpencil itu.
Pada proses demokrasi tahun lalu, Amirudin Tamoreka dan Furqanudin Masulili (AT-FM) yang akan dilantik sebagai Bupati-Wakil Bupati Bangga di tanggal 8 Juni mendatang, meraih kemenangan mutlak di dusun tersebut.
Dan itu diakui Sekap, sekalipun tidak merincikan angka kemenangan di TPS Dusun Tombiobong.
“Pak Amir menang di dusun kami,” tutur Sekap singkat.
Tentu saja tak hanya warga Kabupaten Banggai lainnya, yang berharap dibawah kepemimpinan Haji Amir-sapaan H. Amirudin Tamoreka daerah ini pembangunannya melejit. Tapi warga KAT Suku Loinang juga berharap yang sama.
Hanya ada dua aspirasi Suku Loinang yang disampaikan Sekap, yakni perbaikan jalan dan segera dialiri listrik di wilayahnya.
“Kalau jalan sudah bagus, maka akses warga lancar,” terang Sekap.
Permintaan Sekap ini adalah wajar. Akses menuju KAT Loinang dapat ditempuh perjalanan darat dengan kendaraan roda empat sekitar 3 jam dari pusat kota Luwuk.
Setelah itu dilanjutkan dengan berjalan kaki sekitar 4 km melintasi satu sungai besar dan dua sungai kecil.
Pada musim hujan wilayah tersebut menjadi terisolir, dikarenakan luapan air sungai yang menyebabkan akses terputus.
Jarak yang cukup jauh membuat masyarakat di Dusun Tombiobong kesulitan untuk mengakses fasilitas transportasi, pendidikan dan kesehatan.
Namun, mereka tetap menjalani kehidupan sehari-hari dengan bergantung pada sumber daya alam yang ada di hutan seperti mencari rotan dan berburu. *
Discussion about this post