Kritik adalah penilaian terhadap kenyataan dalam perspektif norma. Fakta yang dihadapi harus dinilai. Nilainya ditentukan lewat kritik yang memiliki sinar terang. Cahaya itu tak hanya mampu menembus diri sendiri, juga orang lain dan nilai kemanusiaan itu sendiri. Dalam hal ini, kritik menentukan nilai suatu kenyataan. Kita dapat membuat pemisahan atau merinci antara sesuatu yang bernilai dan tak bernilai, atau sesuatu yang berarti dan tak berarti dalam kehidupan (kritik=crinein, memisahkan atau merinci).
Kritik mengantarkan kita pada puncak peradaban. Kritik bahkan menduduki tempat strategis dalam tata kelola demokrasi. Tanpa kritik sulit membayangkan bagaimana masa depan demokrasi di suatu negara. Sayangnya, banyak kritik kehilangan esensi positifnya. Tak heran jika banyak diantara kita yang menilai kritik sebagai sesuatu yang tak sopan, membabi buta, bahkan upaya destruktif terhadap nilai-nilai sakral. Artinya tak sedikit yang gagal memahami hakekat, sifat, syarat, prinsip, serta sejauhmana dan kapan sebuah kritik baiknya dilakukan.
Bagaimana dengan istilah perlunya kritik membangun (konstruktif)? Apa yang kita maksud sebenarnya lebih daripada kritik itu sendiri. Sebagai warga, kritik pada dasarnya hanya menilai kenyataan yang dihadapi tanpa harus menyampaikan sumbangan apapun (Rocky, 2022). Jika seorang anggota legislator melakukan kritik pedas pada pemerintah, artinya Ia menyampaikan realitas yang dihadapi masyarakat, bukan ikut menjadi eksekutor sebagaimana fungsi kekuasaan eksekutif. Bahwa ada kontribusi di setiap kritik, itu hanya nilai tambah sekaligus konsekuensi bagi mereka yang di kritik, tapi bukan satu keharusan.
Kritik yang diekspresikan termasuk lewat kata-kata sebaiknya mampu mengatasi keadaan, mampu menciptakan jarak atas apa yang dibicarakan, serta mampu menciptakan universalitas dalam kehidupan demokrasi. Kritik yang baik jika ia tampil dari kegelapan menuju dunia yang terang-benderang. Disini dibutuhkan nalar atau budi yang sensitif. Plato pernah berdongeng bahwa ketika semua perlengkapan telah dibagi habis pada semua binatang, satu-satunya yang tersisa untuk manusia hanyalah akal budi. Jasmani rupanya tak cukup untuk eksis di dunia, manusia modern membutuhkan budi ilmiah untuk membentuk situasinya sendiri.
Akhirnya, upaya menumbuhkan kritik dalam demokrasi menurut Kwant, pertama, mesti ada orang cakap diantara mereka yang diperintah untuk melakukan kritik. Pemerintahan perlu ditangani oleh orang-orang cakap, tapi pada saat yang sama mesti ada diantara yang diperintah itu orang cakap untuk mengontrol kekuasaan. Kedua, diperlukan transparansi atas setiap kebijakan pemerintah. Dengan begitu memungkinkan warga dan wakilnya melakukan kritik terhadap proses demokrasi. Ketiga, kritik hanya mungkin jika kebebasan berbicara di jamin pemerintah. Tanpa itu kritik mustahil dilakukan. *
Discussion about this post