Advertisement
Sulteng

Para ‘Penambang’ Cuan di Lingkar Industri Morowali

1333
×

Para ‘Penambang’ Cuan di Lingkar Industri Morowali

Sebarkan artikel ini
Dapur pak Dul

Ditemui di gerai cuci pakaian miliknya yang dinamai “BlueSea”, Ayu menceritakan kembali alasan mereka untuk berwirausaha. Setelah setahun bekerja di dermaga jetty (2022–2023), Rahman, suaminya, memutuskan untuk mengundurkan diri. Untuk mengenang pengalaman bekerja yang dekat dan akrab dengan samudera biru, maka BlueSea dipilih sebagai nama usaha binatu.

Dibandingkan usaha rumah makan, menurut Ayu, usaha binatu lebih mudah. “Saya tidak terlalu suka memasak,” ungkapnya.

Mereka pun memantapkan diri untuk menjalankan usaha binatu mengingat pertumbuhan penduduk sekitar makin besar sebagai potensi ekonomi yang menjanjikan.

Pada 2022, mula-mula usaha binatu mereka dirikan di Desa Fatufia. Namun, usaha binatu mereka terkendala kondisi air yang kotor. Kurang dari setahun, Ayu dan Rahman bersama kedua putranya yang berusia balita kemudian pindah mengontrak rumah ke desa tetangga, yaitu Desa Bahomakmur. Sampai saat ini, BlueSea telah menjadi salah satu rujukan warga Bahomakmur dan sekitarnya untuk mencuci pakaian.

Layanan binatu BlueSea menawarkan layanan berupa jasa cuci pakaian kilat atau sehari jadi. Ini menjadi kelebihan dibandingkan kebanyakan jasa binatu lain di Bahodopi yang baru dapat selesai 2–3 hari kemudian.

Baca:  PENA 98 Gelar Diskusi di Palu, Segarkan Ingatan Rakyat Terhadap Perjuangan Mahasiswa

Namun, tarif yang dikenakan bagi pelanggan lebih tinggi dibandingkan tempat cuci serupa yang umumnya Rp5.000–6.000 per kilogram. Ayu menjelaskan, tarif layanan cuci pakaian sehari jadi di BlueSea adalah Rp7.000 untuk satu kilogram pakaian (tanpa disetrika), atau Rp10.000 per kilogram dengan disetrika.

Ada juga paket khusus untuk permintaan ekspres cuci pakaian dua jam selesai dengan ongkos lebih tinggi. Selain itu, BlueSea juga menyediakan layanan kurir gratis pengantar pakaian ke area Bahodopi dan sekitarnya.

Melihat Potensi Lain untuk Dijalankan

Bagi Ayu, pemilik laundry BlueSea, membuka usaha jasa cuci pakaian cukup membantu memenuhi kebutuhan hidup bulanan keluarganya. Sejak setahun lebih berjalan, usaha binatu miliknya meraup penghasilan rata-rata Rp15 juta per bulan. 

Ayu juga berinisiatif menambah sumber pendapatan dengan menjual produk secara daring berupa makanan segar dalam kemasan (frozen food) dan pakaian. Belakangan, sejak November 2023, Ayu pun menjajakan minyak wangi atau parfum. Botol-botol berisi wewangian berjajar di area depan gerai binatunya. Sementara lemari pendingin kecil berisi makanan terpajang di sebelahnya.

Baca:  Terpilih Aklamasi, Faidul Kepeng Pimpin PASI Sulteng

Tak bisa dimungkiri, kehadiran PT IMIP beserta 52 Tenant yang beroperasi di kawasan ini menimbulkan lonjakan jumlah penduduk. Jika pada tahun 2019 jumlah karyawan dalam kawasan IMIP 45.000 orang, per Januari 2024 jumlahnya meningkat dua kali lipat, yakni 80.000 orang pekerja. Belum termasuk karyawan kontraktor yang mengerjakan proyek konstruksi di dalam Kawasan Industri IMIP.

Baik Abdullah maupun Ayu dan Rahman berencana memperluas cakupan usahanya dengan membuka cabang baru di desa lain. Bila keinginan mereka berjalan mulus, bukan tak mungkin geliat perekonomian mandiri yang mereka jalani kian bersinar pada masa mendatang.

Seperti peribahasa “ada gula ada semut”. Magnet daya hidup industri smelter di Kawasan Industri IMIP telah menggerakkan perekonomian masyarakat yang mandiri dan berdikari. *

Penulis adalah Media Relations Head PT IMIP