80 Tahun Merdeka, Tiga Kecamatan di Banggai Kepulauan Masih Minum Air Hujan

oleh -160 Dilihat
oleh
Ilustrasi air hujan

LUWUK TIMES— Tanggal 3 November 2025, usia Kabupaten Banggai Kepulauan (Bangkep), Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng) genap 26 tahun.

Kabupaten Bangkep, kini “dinakhodai” H Rusli Moidady, sementara Serfi Kambey, sebagai wakil bupati (Wabup).

Kabupaten dengan Ibu Kota Salakan ini mekar dari induknya (Kabupaten Banggai) pada tanggal 3 November 1999.

Walau usia Pemkab Bangkep, sudah berjalan hampir 26 tahun, tetapi beberapa persoalan yang paling mendasar yang sangat dibutuhkan masyarakat belum mampu disiapkan pemkab Bangkep.

Satu diantara kebutuhan primer masyarakat Bangkep adalah soal air bersih.

Sudah berpuluh tahun kecamatan di Bangkep, Bulagi, Bulagi Utara dan Bulagi Selatan mengalami krisis air bersih.

Kendati warga sudah “berteriak” dan media ramai “menguliti” masalah air yang dihadapi kecamatan Bulagi bersaudara itu, hingga kini belum nampak langkah serius dan komprehensif dari pemerintah untuk mengatasi masalah tersebut.

BACA JUGA:  Moh Kafrawi Sebut Rusli Moidady-Serfi Kambey Berpengalaman dan Paling Paham Soal Bangkep

Rauf Basonggo, pensiunan guru yang tinggal di Bulagi Minggu (21/09/2025) menuturkan, bicara air bersih kami sebagai warga yang tinggal di Bulagi, Bulagi Utara dan Bulagi Selatan, sangat kecewa terhadap pemerintah kabupaten, provinsi maupun pusat.

Sudah berpuluh tahun kami masyarakat Bulagi bersaudara tidak pernah mendapat sentuhan air bersih. Padahal air merupakan kebutuhan vital bagi manusia.

“Akibat minimnya perhatian pemerintah, hingga hari ini untuk masak dan minum terpaksa kami hanya berharap dari tampungan air hujan,” ucap Rauf Basonggo.

Air Tangki

Parahnya jika datang kemarau panjang terpaksa masyarakat Bulagi yang penghasilannya masih terbatas harus menambah beban baru untuk membeli air tangki senilai Rp.150 ribu per tangki. Atau membeli air galon Rp8 ribu per galon.

Bagaimana dengan kebutuhan mandi dan cuci? Menurut Rauf Basonggo, sebagian warga ada yang memiliki sumur tetapi airnya “slobar” yakni, air tanah yang terasa asin.

BACA JUGA:  Inkanas Banggai Kepulauan Audiens dengan Bupati Rusli Moidady, Tiga Topik ini yang Dibahas

Masih menurut Rauf, sepengetahuannya dari tiga kecamatan, ada desa tertentu yang punya sumber air sumur yang bisa tergunakan untuk masak dan minum. Itu karena airnya tawar seperti yang ada di daerah Sabang, Bulagi. Tapi sebagian terbesar airnya “slobar” terasa asin.

Apa yang Rauf utarakan itu sejalan dengan keterangan Sekretaris Kecamatan (Sekcam) Bulagi Selatan, Hajar Djihan.

Ia mengatakan, dari 20 desa dengan jumlah penduduk sekitar 10.000 jiwa yang ada di Bulagi Selatan, ada 6 desa yang tidak terlayani air bersih. Antaranya Desa Momotan, Pipilogit Paipaisu, Palabatu 1, Mangais, Unu dan Boluni serta 3 Sub desa.