Reporter Naser Kantu
LUWUK – Mantan Wakil Menteri ESDM yang juga mantan Kepala SKK Migas, Prof. Rudi Rubiandini, berkesempatan hadir bersama kalangan insan pers di Kabupaten Banggai.
Kehadiran Rudi, dalam rangka “Temu Wartawan” untuk memaparkan terkait Tata Kelola Hulu Migas dan Tantangan Kedepan, yang digagas JOB Tomori, bertempat di Hotel Swis Bellin Luwuk, Selasa (13/12).
Berdasarkan pemaparan materi yang disampaikan Rudi, diketahui bisnis Hulu Migas memiliki 5 tantangan di masa yang akan datang, yakni Isu Nasional Bisnis Hulu Migas, Konsumsi Energi Indonesia vs Dunia, Produksi vs. Konsumsi Minyak Nasional,
Persepsi yang salah tentang Cost Recovery, dan R2R2P (Reserve to Reserve to Production).
Dalam isu nasional, terdapat 3 isu, yakni Migas masih sebagai energi utama. Dimana, pengembangan energi alternatif sebagai subtitusi berjalan kurang lancar, seperti panas bumi, energi air, batu bara, apalagu energi baru seperi biofuel, surya, dan angin.
Dari segi konsumsi energi, Indonesia kata Rudi masih berada jauh diurutan 15 dibawah meksiko dengan jumlah 185,5 juta ton setara minyak, diposisi teratas ada Cina dengan konsumsi sebanyak 3.273,5 juta ton setara minyak.
Ini sejalan dengan isu keempat, Konsumsi vs Produksi, dimana konsumsi bergerak turun ke posisi 800 barrel per day ditahun 2018, sedangkan produksi bergerak naik ke 1.800 bareel per day.
Disisi penerimaan negara, Rudi menjelaskan tantangan yang dihadapi adalah terjadi penurunan nilai pada tahun 2019-2020 menjadi Rp 12 Miliar US Dolar, dari 30 Miliar US Dolar di tahun 2011-2014.
Untuk Cost Recovery sebagai investasi awal yang ditanggung K3S, dianggap mengurangi APBN dan merugikan negara.
Pada pembahasan R2R2P, pemodelan Hulu Migas dari Survey ke Pemboran dan studi G&G, beralih ke pemboran, stimulasi, EOR, Proyek maintanance.*
Discussion about this post