Oleh: Hasanuddin Atjo
HARI Ikan Nasional yang ke-9, akan dihelat tanggal 19 – 21 November di Kabupaten Parigi Moutong, Provinsi Sulawesi Tengah.
Momen penting ini menjadi catatan sejarah, karena pertama kalinya dilaksanakan di luar Jawa.
Merupakan berkah bagi Provinsi ini yang memiliki SDA yang melimpah, dan di lima tahun terakhir diketahui memiliki laju pertumbuhan ekonomi tiga besar Nasional, yaitu sekitar 7 persen, karena pengaruh tambang nikel diikuti industri pengolahannya.
Dibalik pertumbuhan yang tinggi, daerah ini diperhadapkan kepada sejumlah persoalan, diantaranya laju pertumbuhan ekonomi yang tidak inklusive atau tidak merata antar sektor dalam pembentukan PDRBnya dan cenderung semakin jomplang.
Sektor Pertanian, Perikanan serta Kehutanan yang berperan sebagai penghasil pangan, kontribusinya semakin lama semakin menurun. Padahal tadinya, sektor ini telah mempekerjakan sekitar 65 persen penduduknya, namun cenderung mulai ditinggal dan kurang diminati
Sektor ini makin sulit mencari SDM berkualitas, karena lebih memilih bekerja di sektor tambang maupun olahannya. Atau menjadi bagian dari sistem jasa pelayanan digital yang semakin menjanjikan, cepat mendapatkan materi. Akibatnya terjadi penumpukan tenaga kerja di perkotaan.
Sebagai korelasi keterpurukan ini bahwa angka kemiskinan daerah ini hanya turun sekitar 6 % dalam kurun 10 tahun dari 18 persen ke sekitar 12 persen di 2021. Angka stunting juga mengalami hal yang sama dan saat ini masih sekitar 27 persen.
Selain itu angka indeks ketahanan pangan yang memberi gambaran terkait ketersedian, distribusi dan keterjangkauan serta kualitasnya di 2021 berada pada peringkat 17 dari 34 Provinsi. Ironinya terendah di Sulawesi, meskipun memiliki SDA terbesar di K Island ini.
Berdasarkan realitas ini , tentunya harus dilakukan redesain terhadap pengelolaan sektor ini. Pendekatan kawasan, penerapan industrialisasi dan digitalisasi menjadi kata kunci terhadap redesain itu. Dan ini akan digagas dalam seminar di hari ikan yang ke-9.
Discussion about this post