Oleh: Muhadam Labolo
RADIO Elshinta pernah mewawancarai saya. Pertanyaan awal dalam 40 menit itu; apakah kegiatan retret kepala daerah di Magelang dapat menurunkan angka korupsi? Jawab saya, tentu tidak. Retret secara langsung bukan untuk itu. Tapi secara tak langsung mungkin punya korelasi.
Seperti para menteri, retret kali ini bertujuan memberi wawasan tentang problem nasional-local dan kebijakan apa yang mesti dilakukan pasca pelantikan sebagai kepala daerah. Pemerintah berkeinginan kuat agar kebijakan pusat benar-benar “kawin” dengan daerah. Dengan begitu gerak pemerintahan lebih efektif.
Kata retret berasal dari bahasa Perancis, yaitu retirer atau retraite, yang berarti mundur atau menarik diri. Dalam konteks militer, retret digunakan untuk menggambarkan proses penarikan pasukan dari medan pertempuran yang tak strategis. Jenderal Napoleon dan Soedirman pernah lakukan retret untuk membangun kekuatan.
Dalam bahasa Inggris, kata retreat digunakan untuk menggambarkan proses penarikan diri atau mundur dari suatu situasi atau posisi. Kata ini diadaptasi ke dalam bahasa Indonesia menjadi retret. Pasca pelantikan, para kepala daerah melakukan pengasingan ke Magelang untuk reorientasi.
Dalam konteks modern, retret digunakan untuk menggambarkan suatu kegiatan yang dilakukan guna memulihkan energi, memfokuskan pikiran, atau meningkatkan kinerja tim. Contohnya retret organisasi, retret tim, dan retret spiritual. Pengasingan diri dapat membangun kesadaran baru sebagaimana para pemimpin dimasa lalu.
Para nabi dan tokoh pembaharu melakukan retret. Musa melakukan pengasingan dari kejaran Firaun di Mesir. Muhammad melakukan pengasingan di Gua Hira. Budha Gautama melakukan pengosongan jiwa di bawah Pohon Bodhi. Bahkan kisah Pemuda Al-Kahfi yang populer dalam Quran melakukan pengasingan dari kejaran Raja Diqyanus.
Pengasingan kepala daerah selama sepekan bermakna mengosongkan pikiran sejenak agar tersisa ingatan fundamentalnya, janji sebagai abdi masyarakat. Ini penting agar amanah rakyat tak lekas pupus begitu tiba didaerahnya. Sudah banyak contoh bagaimana kepala daerah hanya sebentar berbulan madu dengan rakyatnya.
Terlepas isi kurikulum retret, kepala daerah sebaiknya memahami aturan main sistem pemerintahan dalam hubungannya dengan daerah, seluk-beluk pemerintahan daerah-desa, administrasi pemerintahan, pelayanan publik, keuangan negara, keterbukaan informasi publik, dan patologi korupsi sebagai musuh kolektif.
Memang, retret secara langsung tak menjamin berkurangnya korupsi, namun penjernihan hati dan pikiran dapat membangun kesadaran kolektif kepala daerah untuk tak khianat dengan amanah rakyat. Disini spiritualitasnya mesti disentuh agar kelak mampu membimbing pikiran dan mentalnya. Disitu mungkin relevansinya dengan korupsi.
Retret tentu tak menjamin berkurangnya korupsi. Orientasi kepala daerah yang menghabiskan waktu sebulan dimasa SBY pun tak luput melahirkan koruptor dari kalangan kepala daerah. Hingga rezim Jokowi selesai, lebih 500 kepala daerah berurusan dengan APH. Tapi paling tidak, retret mampu membangun ikatan antar kepala daerah baik secara vertikal maupun horisontal. *
Discussion about this post