Oleh: Iswan Kurnia Hasan
KATA syafaat aslinya berasal dari bahasa Arab. Sebelum dijadikan bahasa yang baku dan digunakan di Indonesia. Diambil dari kata asy-syaf’ yang berarti genap.
Lawannya kata al-witr yang berarti ganjil. Kenapa kata genap diidentikkan dengan syafaat? Karena yang memberi syafaat menggenapkan manfaatnya kepada yang diberi syafaat.
Dengan hanya mengandalkan amal seseorang menghadapi kehidupan akhirat, seakan masih ganjil. Dengan syafaat dari luar amalnya, menggenapkan kesiapan menghadapi hari akhir.
Secara terminologi syafaat berarti meminta perantara, atau permohonan kepada orang lain dalam rangka meminta manfaat atau menolak bahaya.
Ketika kita mendapatkan syafaat di akhirat misalnya, berarti kita mendapatkan bantuan di luar amal yang kita lakukan agar dapat memasukkan kita ke dalam surga dan menjauhkan kita dari api neraka.
Syafaat adalah sesuatu di luar amal seseorang, yang bisa diharapkan untuk mendapatkan kebahagiaan di akhirat.
Dalam Islam syafaat datangnya bisa dari Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa salam. Dalam Al-Quran surat Al-Israa ayat 79, Allah Subhaanahu wa Ta’aala berfirman, “Dan pada sebagian malam hari salat tahajudlah kamu, sebagai suatu ibadah tambahan bagimu. Semoga Tuhanmu mengangkatmu ke tempat yang terpuji”.
Menurut para ulama, tempat yang terpuji adalah bentuk syafaat terbesar di hari kiamat yang diberikan Allah Subhaanahu wa Ta’aala kepada Rasulullah shallallaahu ;alaihi wa sallam.
Syafaat agung tersebut yang disebutkan dalam sebuah hadis panjang riwayat Imam Bukhari dan Muslim.
Disebutkan mengenai kondisi seluruh manusia yang dikumpulkan di Padang Mahsyar. Saat matahari begitu dekatnya, mereka tidak sanggup lagi menanggung penderitaan, sehingga mereka datang kepada Nabi Adam ‘Alahissalaam untuk meminta pertolongan kepada Allah Subhaanahu wa Ta’aala melalui perantaraan beliau.
Namun Nabi Adam ‘Alaihissalaam tidak punya kuasa untuk menolong mereka. Begitu pula Nabi Nuh, Nabi Musa dan Nabi Isa dan nabi lainnya ‘Alaihimussalaam. Semuanya sama tidak memiliki kuasa untuk menolong. Sampai akhirnya mereka mendatangi Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam.
“Aku pun pergi menuju ke bawah ‘Arsy. Di sana aku bersujud pada Tuhanku. Lalu Allah Subhaanahu wa Ta’aala membukakan kebaikan-kebaikanNya kepadaku, yang belum pernah dibukakan kepada seorang pun sebelumku. Setelah itu, terdengarlah seruan, “Wahai Muhammad, angkatlah kepalamu. Mintalah engkau! niscaya diberi! Mintalah pertolongan! niscaya dipenuhi!” Aku mengangkat kepala dan berkata, “Umatku, ya Rabb. Umatku, ya Rabb. Umatku, ya Rabb.” Terdengar lagi ada yang bicara, “Wahai Muhamad, masukkanlah umatmu dari golongan hamba yang tidak dihisab ke dalam surga melalui pintu sebelah kanan. Namun sekelompok mereka masuk dari selain pintu itu” sabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam.
Bersambung halaman selanjutnya
Discussion about this post