Oleh: Dr. Syarif Makmur, M.Si
DITENGAH kegaduhan perpolitikan Indonesia saat ini, baik di pusat maupun di daerah dibutuhkan sebuah pemikiran yang sederhana dalam mencairkan suasana kebekuan.
Rakyat Indonesia sulit melupakan sosok Gus Dur. Mantan Presiden RI ke empat itu memiliki wawasan, pengetahuan dan pengalaman keilmuan yang sangat dalam dengan jurus-jurus mautnya mampu meredam dinamika kehidupan demokrasi di Indonesia menjadi cair dan segar.
Tokoh yang unik dan sangat reformis itu memiliki banyak cerita-cerita menarik yang lucu, sarat ilmu, penuh makna dan sangat sederhana diterima oleh masyarakat bawah, miskin dan terbelakang.
Gus Dur tidak saja menjadi tokoh paling demokratis, tetapi ia memiliki wawasan pengetahuan diatas rata-rata untuk membangun hubungan kemanusiaan dengan negara-negara lain hingga gagasannya menjalin hubungan diplomatik dengan Israel.
Seandainya Gus Dur masih hidup disaat dunia dan Indonesia menghadapi proses politik seperti sekarang ini, sudah pasti ada solusi sederhana, menarik dan lucu untuk diterapkan dalam penanganan.
Gus Dur pun dapat dijuluki sebagai tokoh solusi di Indonesia, dengan segala kelebihan dan kekurangan nya.
Berikut kisah dan cerita Gus Dur yang telah menjadi memori rakyat Indonesia:
Lomba Mancing antar Kepala Negara:
Diceritakan Gus Dur bahwa suatu ketika dibuat lomba memancing antara Presiden RI Soeharto dengan Perdana Menteri Malaysia (saat itu) Mahatir Mohammad, dan telah dibentuk panitia Lomba Mancing.
Ditetapkanlah lokasi pemancingan itu diperairan laut perbatasan Indonesia dan Malaysia.
Segala peralatan pancing telah disiapkan oleh masing-masing Kepala Negara dari peralatan sederhana hingga yang tercanggih.
Wasit dari Brunai meniupkan pluit tanda dimulainya perlombaan. Presiden Soeharto dengan senyumannya mengangkat tangan kanan (lima jari) kepada Mahatir Mohammad sebagai rasa hormat dan persahabatan.
Demikian pun Mahatir Mohammad menundukkan kepala kepada Pak Harto sebagai rasa hormat dan kesantunannya.
Waktu yang diberikan oleh wasit adalah satu jam. Akan dihitung selama satu jam itu, siapa kepala negara yang terbanyak mendapatkan ikan.
Mancing pun berlangsung, dan Pak Harto geleng-geleng Kepala melihat Mahatir Mohammad dalam hitungan detik dan menit telah mendapatkan ikan cukup banya. Sementara Pak Harto belum mendapatkan Ikan satu ekorpun.
Segala strategi telah dilakukan Pak Harto dengan mengganti umpan, tetapi hasilnya nihil.
Mahatir Mohammad dengan sangat gembira dan semangat telah mendapatkan Ikan cukup banyak, hingga wasit dari Brunai Darusslam meniupkan pluit sebagai tanda berakhirnya lomba.
Dan diputuskan sebagai Pemenangnya adalah Mahatir Mohammad Perdana Menteri Malaysia.
Sebagai Negarawan dan Pejuang, Pak Harto memberi ucapan selamat kepada Mahatir atas prestasinya memenangkan Lomba Mancing itu.
Di sela-sla selesai perlombaan, Pak Harto mengundang Mahatir untuk santai sejenak di Kapal Indonesia dan ngobrol-ngobrol santai diatas Kapal.
Pak Harto bertanya kepada Mahatir, kok sampean bisa dapat ikan lebih banyak dari saya, padahal hitungan kekayaan laut, Indonesia jauh lebih banyak Ikan dari Malaysia.
Dengan kerendahan hati Mahatir Mohammad menjawan bahwa benar Indonesia lebih kaya Ikan dari Malaysia, tetapi Ikan-ikan di Malaysia telah saya ajari untuk tidak menutup mulut, sehingga mulut ikan malaysia selalu terbuka, disitulah saya memanfaatkan menarik ikan itu saat mulutnya terbuka.
Berbeda dengan Ikan di Indonesia kata Mahatir, mulutnya selalu tertutup dan tidak berani membuka sehingga sulit ditarik.
Pak Harto langsung memanggil ajudannya untuk lomba Ikan kedepan, ikan-ikan di Indonesia diperintahkan untuk tidak lagi menutup mulut.
Di sepakati dan dijadwalkan kembali Lomba mancing Ikan antar Malaysia dan Indonesia akan dilakukan pada Tahun 2001.
Sangat disayangkan, Pak Harto harus meletakkan jabatan nya pada Tahun 1998.
Lomba Ikan pun dilaksanakan, tetapi bukan lagi Pak Harto yang mengikutinya tetapi Gus Dur.
Semua pembantu Presiden Gus Dur telah memberi tau bahwa kunci kemenangan adalah pada mulut ikan-ikan Indonesia harus dibuka.
Gus Dur tidak perlu diajari soal ikan-ikan yang tutup mulut, karena tau betul cara dan strategi membuka mulut ikan-ikan Indonesia.
Lomba pun dimulai, Gus Dur meyakini kali ini Indonesia akan memenangkan pertandingan.
Menit-menit awal hingga akhir, ajudan Presiden membisikkan ke telinga Gus Dur bahwa Mahatir Mohammad sudah mendapatkan ikan yang banyak.
Gus Dur pun panik, dan bertanya masih berapa menit lagi waktunya, karena belum seekor pun didapatkan Gus Dur.
Ajudan Presiden menyampaikan sesuai Info dari wasitnya bahwa waktu sisa lima menit.
Dan wasit pun meniupkan pluit bahwa lomba telah selesai dan menetapkan Mahatir Mohammad sebagai pemenang.
Sebagai negarawan yang rendah hati dan lucu, Gus Dur pun memberi selamat kepada Mahatir Mohammad atas prestasi nya yang kedua kali memenangkan lomba ini.
Dengan spontan, Gus Dur bertanya kepada Mahatir, You sangat terampil memancing ikan, padahal ikan-ikan Indonesia sudah saya perintahkan untuk membuka mulut saat lomba tadi, tetapi tidak ada satu ekorpun yang bisa saya dapat. Itu bagaimana pak Mahatir? Gus Dur bertanya.
Mahatir tertawa terbahak-bahak mendengar pertanyaan Gus Dur. Mahatir berkomentar bahwa waktu jaman pak harto, ikan-ikan Indonesia mulutnya terkunci, sehingga tidak bisa untuk menarik ikan-ikan itu.
Di era Bapak ini, ikan-ikan Indonesia mulutnya selalu terbuka tidak pernah ditutup. Nah…, itu juga kata Mahatir Mohammad kurang bagus untuk memancing ikan yang mulutnya terbuka terus, karena pancing akan sulit menarik ikan disaat mulutnya terbuka.
Gus Dur geleng-geleng kepala bahwa benar kata Mahatir Mohammad bahwa demokrasi ikan-ikan di Indonesia sudah kebablasan.
Semua Presiden Indonesia gila, termasuk dirinya:
Gus Dur menceritakan kepada Fidel Castro bahwa semua Presiden Indonesia dari Soekarno, Soeharto, Habibie hingga dirinya gila.
Fidel Castro mendengar hal itu terheran-heran, dan balik bertanya kepada Gus Dur, kenapa semuanya gila Gus?
Gus Dur pun menerangkan bahwa Soekarno itu gila perempuan, Soeharto itu gila harta, dan Habibie itu gila Ilmu.
Nah kalau Gus Dur sendiri gila apa? Fidel Castro bertanya. Dengan pikiran praktis dan sederhana, Gus Dur menjawab bahwa kalau dirinya benar-benar gila.
Tidak sanggup menahan tawa, fidel Castro tertawa terbahak-bahak dan seumur hidupnya baru bisa ketawa seperti itu karena guyonan Gus Dur.
Selanjutnya Gus Dur menceritakan juga bahwa dirinya diminta mengundurkan diri. Bagaimana saya bisa mundur pak Fidel Castro, maju saja sangat sulit. *
Discussion about this post