Close ADS

Kolom Syarif

By Design

482
×

By Design

Sebarkan artikel ini

Sistem kehidupan ini mengandalkan kekuatan uang.  Semuanya akan ditentukan oleh angka-angka atau numerik. Seleksi terbuka jabatan struktural di semua level pemerintahan, akan sangat ditentukan oleh angka-angka, baik kemampuan akademis, kemampuan manajerial, kemampuan sosial dan juga kemampuan finansial. 

Apalagi seleksi dibidang politik: Pilpres, pileg, Pilgub, Pilbup dan seterusnya hingga Pilkades, semuanya akan ditentukan pada angka-angka seberapa besar kemampuan seseorang dalam aspek finansial akan dapat memenangkan seleksi kehidupan.

Inilah desain-desain dunia saat ini yang akan memaksa manusia tidak dapat memilih, dan harus mengandalkan pada hasil angka-angka: survei, popularitas, elektabilitas dan lainnya yang bermuara pada finansial. 

Sangat mengerikan, bila kita melihat dari kaca mata hati nurani dan moralitas.  Dunia pendidikan dan dunia kerja merupakan embrio atau awal dari kehancuran sistem kehidupan kita saat ini dan kedepan.

Betapa tidak, untuk dapat masuk perguruan tinggi negeri dan sekolah kedinasan membutuhkan kecerdasan akademis dan kecerdasan finansial yang tidak sedikit.

Rakyat kecil menjadi frustrasi dan panik, karena untuk mendapatkan finansial sebesar itu membutuhkan waktu belasan tahun.

Demikian pun dalam dunia kerja, untuk mendapatkan posisi jabatan dan pekerjaan yang layak, sangat ditentukan oleh kemampuan finansial yang di kontribusi.

Baca:  Amin Rais Syndrom: Sebuah Pembelajaran Politik Terbaik Bagi Anies, Prabowo dan Ganjar pada Pilpres 2024

Mungkin hanya 5 % mereka-mereka yang diterima untuk mendaptkan jabatan dan pekerjaan yang mengandalkan kecerdasan dan kemampuan pribadi, selebihnya yang 95 % mengandalkan kemampuan numerik berupa finansial. 

Jargon keuangan yang mahakuasa mengalahkan sila pertama Ketuhanan yang maha esa dan UUD (ujung-ujung nya duit) bukanlah sebuah opini lagi, tetapi merupakan sebuah fakta yang nyata. 

Sistem ini di desain dan dirancang agar semua aktivitas kemanusiaan hanya di fokuskan pada kehidupan ekonomi atau finansial yang telah menabrak dan membenturkan Kemahakuasaan Tuhan. 

Resah-Renggut dan Rusak merupakan fenomena dan gejala kehidupan yang di desain oleh pemikir, ilmuwan dan filsuf Charles Darwin, sigmund Preud, Adam smith dan lainnya yang konsep dan teori nya digunakan hingga saat ini oleh para ahli ekonomi dan ahli perencanaan sangat jauh dari nilai-nilai Ketuhanan dan kemanusiaan yang pada akhirnya memecah belah persatuan dan kesatuan. 

Kita saat ini sedang merencanakan kegagalan bukan merencanakan kesuksesan dan keberhasilan, karena nilai-nilai yang digunakan tidak bersumber dari nilai-nilai kebenaran ilahiah.

Baca:  Aksiologi Garis Susu: Lurus-Tinggi-Kuat

Inilah kata-kata Ali Bin Abu Thalib bahwa organisasi yang besar dengan sumber daya manusia yang banyak tetapi tidak bersatu dan lalai akan dikalahkan oleh organisasi yang kecil dan sedikit tetapi solid, rapih dan disiplin.

Yahudi (Israel) yang penduduk nya sedikit tetapi dapat mengatur dunia saat ini termasuk mengatur Amerika, Rusia, Jerman dan China hingga Indonesia karena mereka rajin, disiplin dan bersatu.

Di dalam Alquran telah di jelaskan secara terang dan jelas bahwa kaum Yahudi pasti akan membuat kerusakan di muka bumi ini. Dan ini janji Allah bukan janji manusia. 

Jangan terbuai dan terlena dengan kemudahan, kesenangan serta kecepatan mendapatkan sesuatu dengan desain sistem kehidupan saat ini yang mengandalkan teknologi dan komunikasi lewat kecerdasan buatan (artificial intelegence). 

Setelah kita di takutkan oleh fenomena dan gejala Covid-19 selama hampir 3 tahun, kini kita ditakutkan lagi oleh isu Udara Buruk yang meminta kita untuk tidak keluar rumah, bekerja dari rumah serta belajar secara during dan sebagainya. 

Semua nya dari angka-angka dan akan berakhir dengan angka-angka. *