JIKA engkau ditimpa suatu ujian atau cobaan maka bersabarlah. Kadang kadang ujian datang secara tiba tiba kita tidak mengetahuinya.
Tidak pernah kita sadari bahwa nanti setelah menduduki suatu jabatan Allah memberi ujian kepada kita tanpa kita ketahui.
Jika Allah cinta pada hambanya maka Allah memberi ujian. Terkadang kadang pada saat kita menduduki suatu jabatan, ujiannya baru diberikan kepada kita karena Jabatan yang diberikan Allah itu merupakan suatu ujian
Bahkan diberikan ujian sangat berat, dimata manusia dianggap sebagai orang yang terhina di dunia padahal Allah belum tentu.
Tidak semua orang yang mempunyai jabatan diberi ujian, hanya orang orang yang tertentu yang ingin diselamatkan oleh Allah yang kita tidak ketahui.
Hanya orang orang pilihan oleh Allah yang diberi ujian atau cobaan.
Semua yang terjadi pada diri kita itu atas kehendaknya Allah SWT.
Yakinlah jika engkau sabar menerimanya, dimata Allah engkau sebagai orang yang mulia, engkau ditingkatkan derajatmu kamu tidak mengetahui.
Boleh jadi kamu membencinya padahal amat baik bagimu.
Tetapi ada orang dalam hidupnya tidak shalat, sering bermaksiat, korupsi tetapi tidak ditangkap.
Rezekinya sangat melimpah tetapi tidak pernah diberi ujian oleh Allah.
Tidak pernah diberi musibah itu namanya ISTIDRAJ, nanti pada hari kiamat baru diberi pembalasannya kecuali ia bertaubat sebelum akhir hidupnya.
Inilah yang patut dipahami setiap insan beriman, bahwa cobaan kadang dapat meninggikan derajat seorang muslim di sisi Allah dan tanda bahwa Allah semakin cinta kepada hamba-Nya.
Dan semakin tinggi kualitas imannya, semakin berat pula ujiannya.
Namun ujian terberat ini akan dibalas dengan pahala yang besar pula.
Sehingga kewajiban kita adalah bersabar. Sabar ini merupakan tanda keimanan dan kesempurnaan tauhidnya.
Dari Anas bin Malik, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِعَبْدِهِ الْخَيْرَ عَجَّلَ لَهُ الْعُقُوبَةَ فِى الدُّنْيَا وَإِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِعَبْدِهِ الشَّرَّ أَمْسَكَ عَنْهُ بِذَنْبِهِ حَتَّى يُوَفَّى بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Jika Allah menginginkan kebaikan pada hamba, Dia akan segerakan hukumannya di dunia. Jika Allah menghendaki kejelekan padanya, Dia akan mengakhirkan balasan atas dosa yang ia perbuat hingga akan ditunaikan pada hari kiamat kelak.” (HR. Tirmidzi no. 2396, hasan shahih kata Syaikh Al Albani).
Juga dari hadits Anas bin Malik, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ عِظَمَ الْجَزَاءِ مَعَ عِظَمِ الْبَلاَءِ وَإِنَّ اللَّهَ إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا ابْتَلاَهُمْ فَمَنْ رَضِىَ فَلَهُ الرِّضَا وَمَنْ سَخِطَ فَلَهُ السَّخَطُ
“Sesungguhnya pahala besar karena balasan untuk ujian yang berat. Sungguh, jika Allah mencintai suatu kaum, maka Dia akan menimpakan ujian untuk mereka. Barangsiapa yang ridho, maka ia yang akan meraih ridho Allah. Barangsiapa siapa yang tidak suka, maka Allah pun akan murka.” (HR. Ibnu Majah no. 4031, hasan kata Syaikh Al Albani).
Faedah dari dua hadits di atas:
Musibah yang berat (dari segi kualitas dan kuantitas) akan mendapat balasan pahala yang besar.
Tanda Allah cinta, Allah akan menguji hamba-Nya. Dan Allah yang lebih mengetahui keadaan hamba-Nya. Kata Lukman -seorang sholih- pada anaknya,
يا بني الذهب والفضة يختبران بالنار والمؤمن يختبر بالبلاء
“Wahai anakku, ketahuilah bahwa emas dan perak diuji keampuhannya dengan api sedangkan seorang mukmin diuji dengan ditimpakan musibah.”
Siapa yang ridho dengan ketetapan Allah, ia akan meraih ridho Allah dengan mendapat pahala yang besar.
Jika Allah menginginkan kebaikan pada hamba. Dia akan segerakan hukumannya di dunia dengan diberikan musibah yang ia tidak suka sehingga ia keluar dari dunia dalam keadaan bersih dari dosa. *
Jamal Sahil
Discussion about this post