Hingga hari ini peralatan latihan belum tersedia. Alhasil pelaksanaan latihan jadi terbatas.
Belum siapnya peralatan membuat pelatih dan atlet cemas dan bingung. Sebagai cabang olahraga (cabor) peraih medali di PON XX Papua, tentu publik berharap kami bisa mempertahankan bahkan meningkatkan torehan prestasi yang diraih di Papua.
“Beban itu kini bertambah berat. Sebab, program latihan tidak bisa berjalan baik dipicu oleh belum tersedianya peralatan” tukas pelatih yang minta namanya tidak dipublis.
Menurut Muntasar, agenda PON dihelat 4 tahun sekali. Bukan kegiatan dadakan. Peserta PON harus lolos babak penyisihan (Pra PON). yang digelar 1 tahun sebelum PON.
Sejak tahun Pra PON 2023, Pemprov Sulteng, mengetahui dan punya data berapa cabang olahraga yang lolos, berapa jumlah atlet, pelatih dan officialnya, untuk digunakan sebagai dasar mengusulkan anggaran yang dibutuhkan untuk PON.
Bila yang terjadi anggaran untuk KONI besarnya hanya Rp.25 miliar, sebagaimana yang kita lihat dalam APBD angka ini tentu itu tidak radional.
Sebagai pembanding Muntasar, menunjuk PON Papua tahun 2020. Kala itu kontingen Sulteng cuma ikut 18 cabor, atletnya 60. Ditambah pelatih plus official ada 100 orang lebih. Waktu itu anggaran yang disiapkan hampir Rp. 20 miliar.
Ironisnya PON Aceh-Sumut, cabor yang lolos 31, jumlah atlet 200 lebih orang. Ditambah pelatih dan official, hampir 400-an. Jumlahnya 3 kali lipat dibanding Papua. Dan anggaran yang disiapkan hanya Rp.25 miliar, sebagaimana yang termuat dalam APBD.
Angka ini tentu tidak rasional dan ini membuktikan kurang pedulinya Pemprov Sulteng terhadap olahraga.
Apalagi jarak tempuh perjalanan Palu ke Aceh lebih jauh dibanding Palu ke Papua, otomatis harga tiketnya akan lebih mahal dibanding ke Papua, jelas Muntasar Abd Azis.
Disinggung soal belum tersedianya peralatan latihan bagi cabor. Irvan Aryanto tidak menampik.
“Peralatan tengah dipersiapkan. Butuh ketelitian agar tidak keliru, terlebih anggaran yang tersedia dari daerah sangat minim. Tahun anggaran 2024 KONI mendapat kucuran Rp25 miliar dengan rincian Rp4 miliar untuk operasional KONI dan Rp.21 miliar untuk kebutuhan kontingen PON XXI Aceh-Sumut” jelas Kadispora Sulteng.
Pemprov Sulteng Kurang Peduli
Ketua KONI Kabupaten Banggai, periode 2019 – 2023, H Muntasar Abdul Azis, kepada Luwuk Times mengaku prihatin melihat persiapan kontingen Sulteng PON XXI Aceh-Sumut.
Pasalnya, gara-gara pemerintah provinsi (Pemprov) kurang tanggap dan kurang peduli, akhirnya persiapan kontingen PON Sulteng, berjalan tidak maksimal dan melahirkan polemik.
“Ini fakta, karena dukungan anggaran Pemprov Sulteng untuk PON sangat minim, ujung-ujungnya, persiapannya jadi tidak maksimal. Tak bisa dipungkiri, polemik yang sekarang terjadi karena Pemprov tidak tanggap dan kurang peduli,” ujar Ketua KONI Banggai yang sukses mengantar kontingen Banggai menjadi juara umum Porprov. *
Discussion about this post