Banyak konten-konten negatif dan bahaya serangan informasi yang bersifat hoax sehingga membuat kita untuk selalu berhati-hati mengakses informasi tersebut.
Telah banyak kejahatan-kejahatan digital yang tercatat di catatan kejahatan kepolisian diantaranya penipuan dan kekerasan.
Bahkan akibat berkembangnya media sosial seperti facebook, twitter, instagram dan lain-lain menyebabkan perkembangan informasi seperti jaring laba-laba yang dapat menjerat orang yang tidak mengetahui konten-konten tersebut berbahaya bagi dirinya.
Salah satu bahaya utama yang terkait dengan kecerdasan buatan adalah kehilangan lapangan kerja manusia. AI dapat menggantikan pekerja manusia dalam berbagai industri, baik itu produksi, layanan pelanggan, atau bahkan pekerjaan profesional seperti bidang medis dan hukum.
Salah satu bahaya utama yang terkait dengan kecerdasan buatan adalah kehilangan lapangan kerja manusia.
AI dapat menggantikan pekerja manusia dalam berbagai industri, baik itu produksi, layanan pelanggan, atau bahkan pekerjaan profesional seperti bidang medis dan hukum.
Pekerjaan yang pada awalnya dilakukan oleh manusia dapat diotomatisasi oleh sistem AI yang lebih efisien dan akurat. Ini bisa menyebabkan pengangguran massal dan ketimpangan sosial yang lebih besar, dengan sedikit peluang bagi pekerja yang kehilangan pekerjaan mereka untuk mendapatkan pekerjaan baru.
Selain itu, ada keprihatinan tentang ketergantungan manusia pada AI. Seiring AI menjadi semakin canggih dan kompleks, manusia mungkin mengandalkan AI untuk mengambil keputusan penting dalam kehidupan sehari-hari mereka. Ini termasuk keputusan medis, keuangan, dan politik.
Namun, AI tidak selalu dapat menjamin keadilan atau akurasi yang mutlak dalam pengambilan keputusan tersebut. Kesalahan atau bias yang tersembunyi dalam algoritma AI dapat memiliki konsekuensi serius dan sulit diperbaiki.
Ketergantungan yang berlebihan pada AI juga dapat mengurangi keterampilan manusia dan kemampuan mereka untuk berpikir kritis dan mandiri.
Pernahkah Anda memperhatikan kalimat apa yang pertama muncul saat Anda mengakses media sosial, “Apa yang ada di pikiranmu?” atau “Apa yang sedang kamu lakukan?”
Tanpa disadari, pertanyaan-pertanyaan sederhana tersebut ternyata justru mengajak Anda supaya memberikan suatu informasi secara sukarela. Bahkan terkadang, informasi yang dibagikan sebenarnya ada di dalam ranah privat. Jika hal semacam ini terlalu sering dilakukan, maka ini bisa disebut dengan oversharing.
Oversharing adalah suatu tindakan justru menimbulkan berbagai risiko, bukan hanya membuat jengah teman-teman di medsos, tetapi juga akan memberikan kesempatan terjadinya cyber crime.
Belum lagi risiko seperti rentan terjadi perundungan, pelecehan, hingga berbagai konflik personal dan profesional.
Bisa jadi sangat berbahaya dan merugikan! Ternyata ada berbagai alasan yang menjadi seseorang oversharing di media sosial, beberapa di antaranya adalah sebagai berikut:
– Memiliki keinginan untuk terus terhubung dekat dengan orang lain
– Memiliki kecemasan pada lingkungan sekitar
– Sulit dalam membaca situasi terutama di lingkungan sosial
– Memiliki personal boundaries yang buruk
– Memiliki keluarga yang juga oversharing
– Terlalu sering menggunakan media sosial
Biasanya, seseorang ingin menumpahkan semua hal tentang dirinya di media sosial karena adanya online disinhibition effect, yaitu berkurangnya penghambat atau pengendalian yang dirasakan seseorang ketika berkomunikasi secara online dibandingkan dengan berkomunikasi secara langsung.
Discussion about this post