Tidak hanya memamerkan kebahagiaan atau privasi, terkadang mereka juga akan memberikan keluh kesah, umpatan, atau hal-hal lain yang tidak bisa mereka ungkapkan secara tatap muka.
Bahaya Oversharing di Dunia Maya
Membagikan berbagai informasi pribadi secara berlebihan di media sosial tentunya akan membuka peluang terjadinya cyber crime.
Contohnya adalah nama lengkap, alamat, tanggal lahir, atau nomor identitas, yang semuanya bisa saja disalahgunakan oleh oknum tidak bertanggung jawab.
Jangan salah, cyber crime ini mungkin terjadi bukan hanya ketika Anda berbagi foto atau video saja, sebab sekadar mengunggah Instagram Story yang akan hilang setelah 24 jam saja tetap bisa disalahgunakan melalui modus malware, phishing, ransomware, dan lainnya.
Oversharing juga bisa memberikan celah untuk pembobolan password atau kata sandi, mengingat kebanyakan orang hanya memasang password berupa tanggal lahir atau kombinasi lain yang mudah sekali ditebak.
Sekali dicuri, maka akan sangat mudah bagi pelaku cyber crime untuk membobol berbagai aspek kehidupan Anda. Bukan hanya terjadi pada publik figur saja, nyatanya oversharing dengan memberikan informasi pribadi juga rentan dimanfaatkan oleh pencuri identitas.
Ini adalah sebuah praktik kriminal ketika seseorang meniru identitas seseorang demi keuntungan diri sendiri, mulai dari menyebarkan fitnah, membentuk persepsi negatif, hingga penipuan.
Bukankah sudah sering sekali ada seseorang yang meniru identitas dan meminta bantuan teman agar segera ditransfer sejumlah uang? Anda pasti sudah sering mengetahui modus penipuan ini, bukan?
Nah, hal semacam ini yang bisa terjadi pada orang yang oversharing. Seringnya, seseorang memberikan keterangan lokasi secara real time di media sosial, seperti alamat rumah, alamat kantor, hingga alamat daycare, atau tempat ia sedang berada saat itu.
Tentara ini juga sangat berbahaya karena memberikan peluang seseorang untuk mengintai pola rutinitas setiap harinya.
Belum lagi jika ditambah dengan berbagai informasi lengkap yang dipaparkan, misalnya kebiasaan di hari Senin, di akhir pekan, dan lain sebagainya.
Tentunya, ini bisa dimanfaatkan orang untuk mengikuti ritme tersebut demi melancarkan niat jahatnya.
Banyak hal yang bisa menjadi bahan perundungan alias bullying oleh pengguna media sosial. Masa lalu, trauma masa kecil, pengalaman buruk, penampilan, hingga sekadar menyampaikan pendapat bisa jadi sumber masalah baru.
Hal ini bisa berdampak sangat buruk pada kesehatan mental orang yang mengalaminya. Mengingat tidak ada satu opini seragam terhadap sebuah topik, jadi bisa saja apa yang Anda rasa benar ternyata justru diserang oleh para netizen.
Perundungan online semacam ini tentu dapat merusak kesehatan mental dan dampak tersebut bahkan bisa berlangsung cukup lama. *
Discussion about this post