Oleh: Drs. H. Zainal Abidin Ali Hamu, MA
الله أكبر الله أكبر، الله أكبر الله أكبر، الله أكبر الله أكبر، الله أكبر الله أكبر، الله أكبر – ا
الله اكبر كبيرا والحمد لله كثيرا وسبحان الله بكرة وأصيلا. لا اله الا الله والله اكبر, الله اكبر ولله الحمد.
الحمد لله الذى فرض لنا الحج بقوله ” ولله على الناس حج البيت من استطاع اليه سبيلا”. اشهد ان لا اله الا الله و حده لا شريك له و اشهد ان محمدا عبده ورسوله اشرف العباد. اللهم صل وسلم على سيدنا محمد القائل ” حج مبرور ليس له جزاء الا الجنة” , وعلى اله واصحبه وقرابته اجمعين .
اما بعد : فيا عباد الله, اوصيكم واياي بتقوى الله وطاعته لعلكم ترحمون.
ALHAMDULILLAH, pagi ini kita kembali hadir duduk bertafakkur, bermunajat kepada Allah, mengumandangkan takbir dan tahmid mengalunkan tasbih dan tahlil seraya memuji kepada Nya, setelah dua bulan sebelumnya kita merayakan hari raya Idul Fitri ditempat ini.
Hari ini, sebagaimana kemarin dan esok kita harus bersyukur kepada Allah Jalla Jalaluhu. Bersyukur karena kembali mendapatkan satu kesempatan untuk ruku, dan sujud. Untuk memuji, mensucikan dan mengagungkan Allah.
Kesempatan untuk beristigfar dan bertaubat kepada Allah. Untuk membuktikkan bahwa kita selalu siap untuk berqurban di jalan Allah. Kesempatan untuk beramal sholeh dan memperbaiki catatan pertanggung jawaban kita disisi Allah Swt.
Hari raya Idul Adha juga merupakan hari raya istimewa karena dua ibadah agung dilaksanakan pada hari raya ini, yaitu ibadah haji dan ibadah qurban.
Kedua duanya disebut oleh Alquran sebagai salah satu dari syiar-syiar Allah Swt yang harus dihormati dan diagungkan oleh hamba-hamba Nya.
Bahkan mengagungkan syiar-syiar Allah merupakan pertanda dan bukti akan ketaqwaan seseorang.
Setiap kali kita merayakan idul kurban, memori kita selalu kembali menayangkan sebuah episode kehidupan seorang kekasih Allah Swt, yaitu Nabi Ibrahim ‘Alaih al-salam.
Beliau adalah Abu al-Anbiya (Bapak para nabi), yang memberikan banyak tauladan kepada kita dalam menegakkan agama Allah ini. Diantara tauladan yang dapat kita ambil dari diri beliau.
Totalitas Ketaatannya Kepada Allah
Setiap kali kita merayakan Idul Adha, pasti kita akan kembali mengenang sejarah peristiwa berqurban yang telah dilakoni oleh dua hamba Allah yang ikhlas melaksanakan perintah Allah.
Seperti yang terlukis dan terpahat dalam satu rangkuman ayat yang amat sangat indah bahasanya di dalam alquran. Dimana dilukiskan dalam suatu dialog interaktif antara Nabi Ibrahim AS dengan anaknya Nabi Ismail AS ditugaskan untuk mengurbankan putra kesayangannya.
Dalam QS. As-Saffat Ayat 102
يٰبُنَيَّ اِنِّيْٓ اَرٰى فِى الْمَنَامِ اَنِّيْٓ اَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرٰىۗ
Wahai anakku! Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu.
Apa jawab anaknya
قَالَ يٰٓاَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُۖ سَتَجِدُنِيْٓ اِنْ شَاۤءَ اللّٰهُ مِنَ الصّٰبِرِيْنَ
“Wahai ayahku! kerjakan apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu; insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar.”
Discussion about this post