Nama-nama seperti Dedi Mulyadi, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), dan Andi Amran Sulaiman disebut-sebut sebagai figur yang berpotensi mendapat restu langsung dari Prabowo.
Dedi Mulyadi: Nasionalisme Kultural yang Merakyat
Sebagai mantan Bupati Purwakarta dan anggota DPR RI, Dedi Mulyadi dikenal luas dengan gaya komunikasi yang membumi dan pendekatan kultural dalam politik.
Dedi bukan sekadar politisi, ia adalah representasi dari nasionalisme yang merangkul budaya lokal.
Prabowo disebut memiliki kedekatan ideologis dengannya, terutama dalam narasi kebangsaan yang mengedepankan keindonesiaan yang otentik.
Jika didorong sebagai capres atau cawapres, Dedi bisa menjadi jembatan antara rakyat dan negara dalam wajah politik baru yang lebih empatik dan membumi.
AHY: Simbol Regenerasi dan Jembatan dengan Demokrat
Nama Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) juga tak lepas dari sorotan. Setelah menjabat sebagai Menteri ATR/BPN dan menunjukkan kinerja birokratis yang stabil, AHY mulai menempatkan dirinya sebagai figur nasional yang matang.
Meskipun berasal dari Partai Demokrat, relasi politik antara Demokrat dan Gerindra yang mulai mencair dalam kabinet Prabowo membuka peluang besar bagi kerja sama lintas partai.
Prabowo kemungkinan melihat AHY sebagai simbol regenerasi politik yang bisa merangkul suara generasi muda dan kalangan menengah urban.
Amran Sulaiman: Figur Profesional dan Pembangun Sektor Riil
Sementara itu, kehadiran kembali Andi Amran Sulaiman sebagai Menteri Pertanian mempertegas peran teknokrat dalam panggung politik nasional.
Sosoknya yang berlatar belakang pengusaha dan akademisi menjadi daya tarik tersendiri, terutama di tengah tuntutan masyarakat atas efisiensi pemerintahan dan ketahanan pangan.
Prabowo yang sejak awal menempatkan pembangunan sektor pangan dan pertanian sebagai prioritas, kemungkinan melihat Amran sebagai figur ideal untuk melanjutkan visi pembangunan Indonesia dari desa dan sumber daya domestik.
Strategi Prabowo: Merancang Kepemimpinan Kolektif?
Dorongan terhadap tiga figur ini menunjukkan bahwa Prabowo mungkin tidak sedang menyiapkan satu sosok penerus tunggal, melainkan merancang komposisi kepemimpinan nasional yang lebih kolektif, saling melengkapi, dan representatif secara geografis maupun ideologis.
Dengan mengedepankan kombinasi antara tokoh sipil-militer, birokrat-politisi, dan profesional-entrepreneur, Prabowo tampaknya ingin memastikan kesinambungan program pembangunan sekaligus menjaga stabilitas politik nasional pasca-2029.
Pilpres 2029 akan menjadi penentu warisan politik Prabowo. Keberhasilan memilih dan mendukung sosok penerus yang tepat akan memperkuat fondasi ideologi nasionalis yang selama ini ia perjuangkan.
Mendorong Dedi, AHY, dan Amran untuk tampil bukan semata soal kaderisasi politik, tapi juga upaya strategis menjaga kesinambungan arah pembangunan Indonesia di tengah tantangan global.
Tentu saja, dalam politik tidak ada yang final sampai detik terakhir pendaftaran resmi KPU.
Namun, satu hal yang pasti: Prabowo, dengan pengaruh dan jejak rekamnya, akan tetap menjadi king maker yang menentukan arah kontestasi.
Bersambung halaman selanjutnya
Discussion about this post