IKLAN

Kolom Syarif

Pengalaman Indonesia Dibawah Kepemimpinan Seorang Negarawan, Hartawan, Ilmuan dan Wisatawan

485
×

Pengalaman Indonesia Dibawah Kepemimpinan Seorang Negarawan, Hartawan, Ilmuan dan Wisatawan

Sebarkan artikel ini

Oleh: Dr. Syarif Makmur, M.Si

“… Soekarno itu Negarawan, Soeharto itu Hartawan, Habibie itu Ilmuwan dan Saya adalah wisatawan … (Gus Dur: 2001)”

Judul opini diatas bukan tanpa latar belakang dan dasar filosofi, tetapi merupakan jurus-jurus maut yang dikemukakan mantan Presiden RI ke-4 (Gus Dur) yang sangat identik dengan kalimat “Gitu aja kok repot”. 

Gus Dur dengan santai dan penuh kecerdasan mengungkapkan bahwa Soekarno itu adalah seorang Negarawan kelas dunia yang dapat disejajarkan dengan John F. Kenedy, Nixon, Mahatma Gandi, Kemal Ataturuk, Mou Tse Tung dan Pemimpin kelas dunia lainnya. Gus Dur juga sering membaca Buku Soekarno yang berjudul “Dibawah Panji Revolusi”.

Negarawan Soekarno memang diakui dunia internasional, bahkan hingga hari ini bila kita ke Eropa, Amerika, Afrika dan lainnya, mereka hanya mengenang Soekarno dan tidak pernah menyebutkan Soeharto, Habibie dan Gus Dur sendiri. 

Gus Dur dengan sangat berani mengatakan bahwa Soeharto itu adalah Pemimpin yang Hartawan, dengan maksud bahwa Soeharto yang berkuasa selama 32 (tiga puluh dua) tahun pantas dan layak dijuluki seorang Hartawan.

Jangan kan seorang mantan Presiden, mantan Camat dan Kepala Desa saja pasti memiliki harta yang cukup besar, apalagi Soeharto. Pundi-pundi Soeharto sebagaimana di rilis oleh berbagai media nasional dan internasional tak dapat dihabiskan oleh seluruh keturunannya. 

Baca:  Niat Bersaing Ditengah Persaingan

Mantan-mantan Pembantu Soeharto saja hingga kini hidup berkecukupan dan kaya raya, apalagi anak-anak dan cucu Soeharto. Pantas dan layak Gus Dur menyebutkan Soeharto hartawan, karena dari namanya saja Soe artinya banyak, dan Harto itu artinya Harta, sehingga dapat disebut maknanya banyak harta.

Kekayaan Soeharto juga berbanding lurus dengan karya-karya nya dalam pembangunan Indonesia. Bapak Pembangunan Indonesia melekat pada diri Soeharto, yang hingga kini loyalisnya dan bahkan rakyat Indonesia sulit melupakan kepemimpinan Soeharto yang telah membawa Indonesia menjadi negara dengan julukan Macan Asia. 

Kemampuan Soeharto dalam memfusi partai-partai politik yang begitu banyak di era Soekarno dapat menjadi hanya 3 (tiga) partai, yaitu: Golkar, PDI dan PPP, sehingga pada Pemilu 1971, Indonesia hanya diikuti 3 (tiga) Partai Politik hingga Pemilu tahun 1997. 

Indonesia menjadi negara demokrasi dengan tingkat keamanan terbaik di dunia, karena hanya ada 3 (tiga) Partai Politik yang semuanya dapat dikendalikan oleh Soeharto melalui kekuatan TNI dan Birokrasi. 

Kepemimpinan Soeharto dapat dikatakan paling efektif sepanjang sejarah Indonesia. Mengapa Efektif? Karena stabilitas keamanan dan ketahanan pangan terjamin dan tersedia.

Baca:  Merubah Indonesia Mulai Dari Merubah Diri Sendiri

Segala ancaman dari dalam dan luar teratasi dengan sangat efektif. Petani-petani dan nelayan hidup sejahtera dan bahagia. Bagi Soeharto masalah perut lebih utama dari pada kebebasan.

Untuk apa hidup bebas dalam berdemokrasi, jika rakyat kelaparan dan miskin.  Jauh lebih baik perut kenyang, tidur nyenyak, pendidikan dan kesehatan terjamin sekalipun mulut dan hak-hak azasi terkekang. 

Bapak Pembangunan Indonesia itu harus menerima kenyataan mengundurkan diri atau lengser ke Prabon pada tahun 1998.  Gus Dur pun dengan sangat cerdas menyebut BJ. Habibie sebagai seorang Ilmuan.

Mantan Presiden ke-3 (tiga) Indonesia itu memang sebagai seorang Ilmuwan, yang di jemput Soeharto di Jerman pada Tahun 1977. Soeharto langsung menempatkan nya sebagai Menteri Riset dan Teknologi dalam Kabinet Pembangunan kala itu. 

Masuknya Habibie dalam Kebinet memberi energi dan nutrisi baru bagi Pengembangan riset dan teknologi di Indonesia yang sebelumnya stagnan atau jalan di tempat.

Semenjak Habibie menjadi Menristek banyak sekali putra-putra terbaik Indonesia yang dikirim ke berbagai Negara terutama Jerman untuk mengambil pendidikan pascasarjana S2 dan S3. Indonesia lalu mengembangkan Kebijakan Peningkatan di bidang Sumber Daya Manusia (SDM).

Di era Habibie sebagai Menristek, Diklat-diklat dan pengembangan SDM mulai dikembangkan dan dibangun.

error: Content is protected !!