IKLAN
Kolom Syarif

Pengalaman Indonesia Dibawah Kepemimpinan Seorang Negarawan, Hartawan, Ilmuan dan Wisatawan

497
×

Pengalaman Indonesia Dibawah Kepemimpinan Seorang Negarawan, Hartawan, Ilmuan dan Wisatawan

Sebarkan artikel ini

Bagi Habibie, tidak berarti apa-apa sumber kekayaan yang dimiliki Indonesia, bila Sumber Daya Manusia nya berkualitas rendah.

Pada Pemilu Tahun 1997, Presiden Soeharto mengangkat BJ Habibie sebagai Wakil Presiden nya, dan saat lengsernya Soeharto Pada tahun 1998, Habibie secara konstitusional menjadi Presiden RI ke-3 (tiga) menggantikan Soeharto dan hanya berkuasa tidak lebih dari 2 (dua) tahun.

Di era Habibie, sistem demokrasi, sentralisasi menjadi desentralisasi, otonomi daerah dan pemberantasan korupsi mulai di galakkan.  Ke-ilmuwan Habibie terbukti dan teruji, hanya sangat di sayangkan Ketua ICMI itu tidak dapat bertemu Soeharto hingga akhir hidupnya.

Soeharto enggan bertemu Habibie yang hingga kini tidak diketahui alasan dan penyebabnya, tetapi Habibie hingga akhir hidupnya mengakui bahwa Soeharto adaalah guru nya. 

Gus Dur Adalah Wisatawan

Kalimat Gus Dur adalah wisatawan bukan terjemahan dari Gus Dur senang jalan-jalan atau melancong ke berbagai negara. Kata Wisatawan bagi mantan Ketua PBNU itu mengandung makna seni dan filsafat.

Setelah menyebutkan Soekarno sebagai negarawan, Soeharto sebagai hartawan, dan Habibie sebagai Ilmuwan, tidak ada lagi kata-kata terbaik yang harus di sematkan kepada Gus Dur.

Baca:  Kecerdasan Buatan (AI) dan Dunia Maya

Mau disebut Gus Dur sebagai negarawan, sudah ada pada Soekarno. Mau disebut Gus Dur sebagai Bapak Demokrasi dan Ilmuwan sudah ada pada BJ. Habibie.

Dengan segala kerendahan hati, Gus Dur mengalah kepada ketiga mantan Presiden nya, dan menyebut diri nya sebagai Wisatawan. 

Ada makna filsafat dan seni bila Gus Dur menyebut dirinya sebagai wisatawan, karena seorang wisatawan itu memiliki kebahagiaan yang tidak dimiliki orang lain. 

Sekalipun Gus Dur tidak memiliki harta seperti Soeharto, tetapi ia tetap happy dan guyon dengan semua warga negara Indonesia.

Di era Gus Dur lah kelompok minoritas di angkat derajatnya. Ummat Bali dapat merayakan hari nyepi sebagai libur nasional.

Etnis Tionghoa pun sangat berbahagia dengan diberi ruang yang cukup untuk melakukan ritual keagamaan nya, bahkan Gus Dur selalu menghadiri acara-acara keagamaan Etnis Tionghoa.

Baca:  Sosiologi Sujud

Bagi Gus Dur, Indonesia harus dibangun diatas perbedaan-perbedaan dan keberagamaan diatas. Yang mayoritas harus dapat melindungi minoritas, dan sebaliknya kelompok minoritas harus menghargai dan menghormati yang mayoritas.

Keindonesiaan, Kebangsaan dan Keislaman harus ditempatkan sejajar dengan landasan Pancasila. Gus Dur sangat tidak menyetujui aliran dan gerakkan yang dapat memecah belah Indonesia.

Mengapa orang-orang Papua sangat mencintai Gus Dur, karena ia tau apa yang menjadi kebutuhan masyarakat Papua yang kaya akan sumber daya alam tetapi miskin.

Dengan menjadi seorang Wisatawan, Gus Dur pun sebagai Presiden satu-satunya di era reformasi yang menaikkan gaji ASN-PNS, TNI dan Polri dengan sangat spektakuler dan signifikan. 

Di era Gus Dur lah, tunjangan jabatan PNS yang semula hanya 800 ribu menjadi 3 (tiga) jutaan, dan di Era Gus Dur pun kenaikan pangkat ASN-PNS bisa 3 (tiga) kali dalam setahun. Dengan menjadi wisatawan, Gus Dur di Puja dan dipuji dengan segala kekurangan nya. *

error: Content is protected !!