Palu, Luwuk Times — Direktorat Reserse Narkoba Polda Sulawesi Tengah mengungkap jaringan narkotika internasional Malaysia.
Dalam operasi ini, polisi mengamankan total 24 kilogram, barang bukti serta tersangka terekspos pada konferensi pers bertempat Mapolda Sulteng, Selasa (22/4/2025).
Pengungkapan berawal dari penangkapan kurir pembawa 4 kg sabu pada 8 April pada kawasan Watusampu, Kota Palu.
Dari penangkapan tersebut, polisi melakukan pengembangan hingga akhirnya menangkap dua kurir lainnya pada 21 April padalokasi yang sama.
Keduanya adalah AM (38), warga Silae, dan RO, warga Balaroa. Dari tangan keduanya, polisi menyita sabu seberat 20 kg.
Direktur Reserse Narkoba Polda Sulteng, Kombes Pol P. Sembiring mengungkapkan, jaringan ini memiliki keterkaitan erat dengan sindikat narkotika internasional asal Malaysia.
Dalam keterangannya, Sembiring menemukan fakta jaringan tersebut dikendalikan para residivis yang kebanyakan berasal dari Kota Palu Sulawesi Tengah.
“Pelaku (kurir) saat ini bukan residivis namun jaringan bosnya ini residivis. Di luar ini banyak orang Sulteng dari Kota Palu di sana, ditampung di sana,” kata sembiring.
“Bos besarnya adalah residivis yang sekarang berada di Malaysia, dan kami sudah mengantongi identitasnya,” tegas Sembiring.
Dengan demikian, para bos bandar dari Malaysia ini mudah mengendalikan lalu lintas peredaran narkotika yang masuk ke Kota Palu.
Jaringan dari Medan

Ia juga mengungkapkan adanya jaringan dari Medan yang masih terkait dengan pelaku-pelaku asal Palu.
Bahkan hingga khusus Pulau Sulawesi mencakup Sulawesi Selatan hingga Sulawesi Barat dan Sulawesi Utara.
“Ini sangat memprihatinkan. Banyak jaringan mereka yang tersebar dan terus mencari kurir lokal dengan mudah,” katanya.
Menurutnya, kawasan pesisir Sulawesi Tengah, mulai dari Sulawesi Barat hingga ke Tolitoli, sangat rawan sebagai jalur penyelundupan narkoba. Karena banyaknya jalur tikus dan sulitnya pengawasan pada perairan yang luas.
“Mereka masuk lewat laut menggunakan kapal sedang hingga speed boat. Mengawasi semua titik sangat sulit. Ini yang menjadi titik lemah kita,” tambahnya.
Sembiring mengatakan saat ini peredaran narkoba wilayah Donggala lebih parah dibanding Kayumalue maupun Tatanga.
Ia meminta seluruh elemen masyarakat pro aktif memberikan informasi kepada polisi terkait peredaran terlarang narkotika.
“Kita tidak boleh kalah dari jaringan ini. Evaluasi kami menunjukkan peningkatan pengungkapan. Tapi pergerakan mereka juga semakin masif, terutama wilayah Morowali dan Banggai,” tegasnya.
Sementara itu, AM yang merupakan salah satu kurir mengaku belum sempat menerima upah penuh. Ia baru menerima Rp500 ribu.
Kasus ini masih terus pihaknya kembangkan untuk mengungkap aktor intelektual di balik sindikat ini. *
bar
Discussion about this post