Iklan

Religi

Setiap Perbuatan Tergantung Niat

664
×

Setiap Perbuatan Tergantung Niat

Sebarkan artikel ini
Editor: Sofyan Labolo Sumber Berita
Ilustrasi

NIAT adalah ukuran dalam menilai benarnya suatu perbuatan. Oleh karenanya, ketika niatnya benar, maka perbuatan itu benar. Dan jika niatnya buruk, maka perbuatan itu buruk.

Segala perbuatan yang kita lakukan tergantung dari niat. Dan hanya Allah yang mengetahuinya. Apakah niat kita baik atau buruk.

Advertisement
Scroll to continue with content

Marilah kita selalu memperbaiki hati kita. Tidak ada arti harta yang engkau miliki banyak, jika hatimu tidak bersih.

Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah, sabda Rasulullah SAW,”

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم: ((إِنَّ اللَّهَ لاَ يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَأَمْوَالِكُمْ وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ)). رواه مسلم

Artinya: Dari Abu Hurairah ia berkata, Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada rupa kalian dan harta kalian akan tetapi Dia melihat kepada hati kalian dan perbuatan-perbutan kalian.” (HR. Muslim)

Marilah memperbaiki diri kita. Jangan selalu melihat kekurangan orang lain atau aib orang lain. Karena tidak ada manusia yang tidak punya kekurangan.

Kata Imam Ali as, “Berbahagialah mereka yang sibuk melihat aib dirinya sendiri hingga menghalanginya melihat aib orang lain”.

Baca:  Sabar Bukan Berarti Lemah dan Kalah

Sekiranya kita melihat sesuatu yang buruk pada orang lain, ia adalah cerminan untuk diri kita. Karena orang orang yang hatinya tidak bersih, selalu melihat keburukan orang lain.

Jangan menyakiti hati orang lain dengan kata kata. Karena lidah adalah yang paling tajam di dunia.

Kata Imam Syafie, “Lidahmu jangan kamu biarkan menyebut kekurangan orang lain, karena kamu punya kekurangan, orang lain pun punya lidah”.

Orang pandir (pintar) mencercaku dengan kata kata jelek, maka aku tidak ingin untuk menjawabnya. Dia bertambah pandir dan aku bertambah lembut. Seperti kayu wangi yang dibakar malah menambah wangi.

Jagalah kata. Karena ia adalah senjata yang paling ampuh menghancurkan hati seseorang. Jadilah orang yang arif. Dan jangan menyakiti hati orang lain.

Menurut Syeh Abu Bakar bin Salim, orang yang arif adalah orang yang memandang aib-aib nya sendiri. Sedangkan orang yang lalai adalah orang yang suka menyoroti aib-ain orang lain.

مَنْ سَتَرَ عَوْرَةَ أَخِيهِ الْمُسْلِمِ سَتَرَ اللَّهُ عَوْرَتَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَمَنْ كَشَفَ عَوْرَةَ أَخِيهِ الْمُسْلِمِ كَشَفَ اللَّهُ عَوْرَتَهُ حَتَّى يَفْضَحَهُ بِهَا فِي بَيْتِهِ

Baca:  Cobaan yang Datang, Bukti Cinta Allah pada Umat Nya

“Barang siapa yang menutupi aib saudaranya muslim, Allah akan menutupi aibnya pada hari kiamat, dan barang siapa mengumbar aib saudaranya muslim, maka Allah akan mengumbar aibnya hingga terbukalah kejelekannya di dalam rumahnya.” (HR. Ibnu Majah)

Marila kita hindari suka purba sangka. Mencari cari keburukan orang lain.

Jangan suka mencela. Jangan suka menghina. Jangan suka memfitnah. Jangan suka buruk sangka.

Sebagaimana yang dijelaskan dalam Alquran Surat Al-Hujurat Ayat 12

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ ۖ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا ۚ أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَحِيمٌ

Artinya :

Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang. *

Jamal Sahil

error: Content is protected !!