Apa saja yang melewatkan ku, itu bukan lah takdirku, dan apa saja yang di takdirkan untukku, tidak akan pernah melewatkan ku.
Masih jauh lebih baik seseorang yang berpendidikan rendah, tetapi memiliki budi pekerti yang luhur dengan kesantunan dan kerendahan hatinya yang mulia, dari pada berpendidikan tinggi, guru besar dan professor doktor, ahli filsafat dan lainnya tetapi merasa hebat dan pintar paling sempurnya akalnya, namun buruk lisan dan perilakunya.
Bukan kah Ilmu dan pengetahuan yang Allah berikan kepada manusia, diibaratkan kita mencelupkan satu jari ke lautan yang luas, dan air yang menempel di jari kita, itulah ilmu yang Allah berikan kepada manusia.
Berkaca dan belajar lah kita pada sejarah Nabi Musa dan Nabi Khaidir. Kurang apa Ilmu dan pengetahuan Nabi Musa, kurang cakap apa lisan dan tutur kata nabi Musa dibandingkan kita-kita ini sekalipun sekelas Albert Einstein hingga BJ Habibie, tetapi sang Nabi penantang Firaun itu masih mau belajar Ilmu dari Nabi Khaidir.
Masih sangat banyak Ilmu dan pengetahuan yang dimiliki Nabi Khaidir yang perlu ia ajarkan kepada Musa, tetapi akal dan kesabaran Nabi Musa belum dapat menerima nya.
Lebih mulia memiliki kepintaran merasakan kehidupan ini, dari pada merasa pintar dengan kehidupan. Jauh lebih mulia dan luhur, seseorang itu diam dan setelahnya dipersilahkan untuk berbicara, dari pada berbicara tiada hentinya setelah itu diminta untuk diam.
Manusia itu dilihat akhlak dan budi pekerti nya, bukan ungkapan dan kata-katanya yang menyilaukan pendengaran dan penglihatan. Di atas langit masih ada langit.
Islam hadir sebagai rahmatanlil alamin, bukan hanya untuk bangsa Arab, Afrika dan Indonesia, tetapi untuk seluruh bangsa di dunia ini dan bahkan seluruh alam semesta.
Sekalipun Soekarno, soeharto, Habibie, Gus Dur, Megawati, SBY dan Jokowi tidak sehebat atau sekelas Umar Bin Khatab yang menjadi khalifah di dua pertiga belahan dunia, tetapi mereka adalah pemimpin-pemimpin terbaik Indonesia.
Betapa besar jasa Soekarno, betapa hebatnya Soeharto, betapa cerdasnya Habibie, dan seterusnya betapa cemerlangnya prestasi Jokowi untuk bangsa dan negara ini dengan segala kekurangan nya.
Semuanya itu harus kita tempatkan pada kedudukan yang mulia dan terhormat sebagai Presiden terbaik.
Mereka juga menjadi Presiden bukan di dapatkan secara gratis, tetapi melalui taruhan nyawa, darah dan pengorbanan yang besar. Kita-kita ini apa yang sudah kita sumbangkan untuk negara dan bangsa ini. Rekam jejak kita seperti apa, dan lantas merasa paling benar dan paling pintar.
Di hari kemerdekaan RI yang ke-78 ini kita bertekad untuk menjadikan bangsa ini sebagai bangsa yang beradab, yang memiliki karakter, berbudi pekerti yang luhur, saling harga menghargai, saliang hormat menghormati dalam bingkai NKRI. *
Discussion about this post