Reporter Sofyan Labolo
LUWUK— Keluhan cabang olahraga (cabor) panjat tebing tentang fasilitas yang akan dibangun pada kawasan ruang terbuka hijau (RTH) Teluk Lalong Luwuk, akhirnya mendapat tanggapan dari KONI Kabupaten Banggai.
Terkait dengan persoalan itu, induk olahraga ini meminta agar Pengkab Federasi Panjat Tebing Indonesia (FPTI) Banggai untuk tidak terbawa baper.
Pengurus KONI Banggai, Sugiarto Djanun kepada Luwuk Times, Senin (28/03/2022) berujar, anggaran yang mendapat respon KONI untuk pembangunan fasilitas boulder, lead dan wall sebesar Rp 650 sampai dengan Rp 700 juta.
Anggaran tersebut tidak termasuk pengadaan peralatan panjat tebing.
“Mengapa angkanya di bawah dari usulan awal? Itu karena tidak termasuk peralatan panjat tebing. Yang mendapat realisasi adalah pembangunan fasilitas panjat,” kata Sugiarto.
Kepala Sekretariat KONI Banggai ini kembali berujar, tidak semua peralatan panjat tebing akan terbiayai KONI.
Lagi pula akan dikonsultasikan pada Pengprov FPTI Sulteng, apa saja yang menjadi prioritas.
Belum lagi masih akan melalui tahapan asistensi oleh tim perumus Porprov, KONI Sulteng dan Pengprov.
Sehingga akan mendapat angka yang ideal. Artinya pertegas Sugiarto, nominalnya bisa pas, kurang ataupun bisa lebih.
Saran Sugi-sapaannya buat FPTI Banggai agar jangan baper atau terbawa perasaan terkait dengan fasilitas panjat.
“Saya kira jangan dulu berkecil hati, apalagi sampai baper. Apalagi pesan pak Bupati agar para atlet panjat tebing terus berlatih. Soal anggaran kami serahkan kepada Bupati,” ucapnya.
Memang sambung Korwil KONI Banggai, Banggai Kepulauan dan Banggai Laut ini, sebagai salah satu cabor rekreasi, panjat tebing butuh anggaran besar. Itu karena tingkat keamanan atletnya menjadi prioritas.
“Panjat tebing tingkat safety tinggi. Termasuk paralayang. Pengadaan payung nya saja harus merogoh kocek Rp 80 juta. Itupun yang paling murah,” ucapnya. *
Discussion about this post