Tentu saja kelima aktor tersebut memiliki konsep atau pengaruh positif dalam pengolahan ikan (dari budidaya hingga penjualan). Strategi ini tidak akan merugikan unsur tertentu, bahkan menguntungkan keseluruhan melalui peran masing-masing. Misalnya akademisi melakukan pengkajian ilmu dalam budidaya perikanan melalui penerapan teknologi. Investor melakukan penanaman modal yang besar. Masyarakat menyiapkan lokasi untuk disewakan. Pemerintah melakukan penetapan regulasi hasil pengolahan. Sementara media melakukan promosi melalui media sosial dan elektronik.
Akuntabel adalah strategi dalam konteks pertanggungjawaban sekaligus keterbukaan semua pihak untuk berlaku inklusif. Pertanggungjawaban dimaksud bukan hanya soal laporan keuangan secara hukum administratif, juga pertanggungjawaban stakeholder kepada masyarakat secara politik. Hal ini merupakan perwujudan utama dari sikap positif dalam bekerja. Nilai dan sikap positif ini akan menjadi karakteristik stakehokders dalam berhadapan dengan investor. Inklusivitas dapat diwujudkan melalui sikap friendly terhadap Investment sehingga mampu menciptakan keberlanjutan dan nasa depan kerjsama yang saling menguntungkan (simbiosis mutualistik).
Networking adalah strategi konseptual dalam upaya membuka jaringan kerja yang lebih luas. Selain jejaring kebijakan juga jaringan teknologi dan informatika penting menjadi perhatian pokok sesuai era teknologi 4.0. Disadari bahwa dalam perubahan peradaban tentu saja kita perlu melakukan promosi terhadal potensi perikanan yang dimiliki. Networking tak hanya terbatas pada jaringan internet akan tetapi bagaimana pemanfaatan teknologi mampu meminimalisir budget pengolahan ikan serta memaksimalkan produksi ikan secara berkualitas maupun kuantitas.
Apabila isu teknologi tidak kita manfaatkan dengan maksimal serta disalahgunakan (merusak laut) maka kita akan tertinggal dalam pengelolaan sumber daya laut, khususnya ikan. Bila strategi IKAN menjadi pijakan kebijakan hari ini maka potensi yang tersedia akan memakmurkan masyarakat Togean dan lingkungannya. Lingkungan dimaksud meliputi kontribusi bagi kabupaten dan provinsi terdekat, bahkan nasional secara keseluruhan. Inilah salah satu kontribusi terbesar sektor perikanan laut Sulawesi Tengah selain gas dan nikel yang terbatas.
Strategi konseptual di atas dapat diwujudkan dengan membangun kesadaran kolektif akan potensi besar yang dimiliki penerintah daerah dan masyarakat di Kepulauan Togean. Agar strategi Ini tak hanya menjadi mimpi semata, dibutuhkan policy melalui dukungan nasyarakat dan pemda. Dukunga pemda dapat berupa kebijakan serta penyiapan program dan kegiatan seperti pendidikan dan pelatihan bagi masyarakat setempat. Rendahnya pengetahuan masyarakat lokal dalam penangkapan ikan dapat mengancam masa depan sumber daya di kepukauan Togean.
Pengeboman ikan oleh sejumlah nelayan berdampak pada kerusakan alam dan ekosistem sumber daya laut termasuk ikan. Hal tersebut terlihat dalan jangka waktu tertentu. Implikasi lebih jauh bila kuantitasnya berkurang adalah ikan yang beredar di pasaran semakin mahal. Dalam pengembangan ekosistem ikan tentu saja dibutuhkan komitmen serta konsistensi dari petinggi daerah dalam melakukan pemberantasan kejahatan di perairan laut. Aparat perlu bertindak tegas pada oknum yang melakukan kerusakan lingkungan (terumbu karang). Tanpa itu, masa depan sumber daya laut khususnya ikan hanya akan menjadi dongeng bagi anak cucu.
Pemerintah perlu tegas pada oknum aparat sipil maupun penegak hukum yang bekerjasama dengan oknum antagonis karena tidak bertanggungjawab akan kelestarian ekosistem laut. Apabila hal ini bisa dilaksanakan dengan rasa kepedulian terhadap lingkungan yang baik maka diyakini Kepulauan Togean akan menjadi core market di Indonesia. Disini kepercayaan sangat dibutuhkan mengingat distrust di lingkungan sipil telah terjadi dan berdampak pada sikap apatisme masyarakat dan investor yang juga semakin besar. *
Penulis adalah pengamat Kelautan Togean
Discussion about this post