“Bisa antar kampus, kampus dengan perusahaan, kampus dengan masyarakat atau pemerintah. Disini kampus berkolaborasi dengan pihak-pihak diluar kampus untuk transfer ilmu pengetahuan. Bisa menjadi solving problem di tengah-tengah masyarakat,” papar pria yang pernah menduduki jabatan Wakil Rektor II Unismuh Luwuk ini.
Tidak seperti perguruan tinggi pada umumnya, Unismuh Luwuk kata Sutrisno memiliki Catur Dharma Perguruan Tinggi. Semua PT yang bernaung di bawah Muhammadiyah selain Pendidikan, Penelitian, Pengabdian, ada Al-Islam Kemuhammadiyahan. Pada poin ke empat itulah dirinya mengisyaratkan jika semangat berkolaborasi merupakan pemaknaan secara luas dari ajaran islam tentang pentingnya menjaga silaturahmi.
Saat ini, kolaborasi tersebut dapat dilihat dengan serangkaian Memorandum of Understanding (MoU) yang ditandatangani antara Unismuh Luwuk dengan beberapa pemerintah desa seperti program Agro Wisata di Desa Lauwon Kecamatan Luwuk Timur.
“Kegiatan mahasiswa dan dosen yang dilaksanakan di luar kampus, bisa kesana. Ini bisa menimbulkan multi player effect bagi masyarakat disekitar yang berjualan. Kami juga bisa mnghadirkan mahasiswa maupun dosen dari Fakultas Agama Islam untuk mengajarkan Al-Qur’an pada masyarakat,” tuturnya.
Sutrisno juga berkomitmen menjadikan Unismuh Luwuk sebagai peningkatan kualitas demokrasi. Kampus sebagai awal mahasiswa mengenal kebebasan berpendapat dan berpolitik menurutnya juga wajib menularkan kepada masyarakat agar lebih cerdas dalam menentukan pilihan politiknya disetiap hajatan pesta demokrasi.
“Revolusi Industri 4.0 bisa berhasil manakala kesadaran berdemokrasi masyarakat makin tinggi,” pungkasnya. *
Baca juga: Tahun 2021 FEB UML Target Rekrut 225 Maba
(cen)
Discussion about this post