Reporter Sofyan Labolo
LUWUK UTARA, Luwuk Times.ID— Tempat pembuangan sampah sementara (TPSS) kerap menjadi keluhan warga yang berdomisili di samping GOR Kelurahan Kilongan Permai (Kilper).
Karena tidak adanya fasilitas itu, sehingga sampah dibuang secara sembarangan. Warga yang berada di wilayah administrasi Kecamatan Luwuk Utara ini berharap pemerintahan baru saat ini dapat menyiapkan TPSS di wilayah mereka.
Lurah Kilper, Utu Mangkona yang ditemui disela-sela kerja bakti bersama aparatnya dan warga, Jumat (11/06) mengaku, keluhan warga ini sudah pernah disikapinya.
“Kami sudah pernah mengusulkan untuk dibuatkan TPSS. Ukurannya 2×3 meter. Letaknya berada di belakang GOR,” kata Utu didampingi Sekretaris Lurah (Seklur) Kilper Ruslan.
Hanya saja sambung dia, ukurannya lebih besar, dari usulan pihak kelurahan. Akibatnya pembuatan TPSS batal.
Memang lanjut Utu, TPSS sangat dibutuhkan warga yang berdomisili di samping GOR. Sebab selama ini, tempat yang dijadikan pembuangan sampah, letaknya berdekatan dengan pemukiman.
PRODUKSI SAMPAH
Utu Mangkona tidak menampik bahwa wilayahnya termasuk memproduksi sampah terbanyak. Sehingga tidak heran jika sampah kerap menjadi permasalahan yang tidak pernah berujung.
“Benar bahwa Kilper penyumbang sampah terbesar,” kata Utu.
Akan tetapi sambung dia, sampah warga yang di buang pada tempat yang sejatinya tidak layak dijadikan tempat sampah, tidak semua milik warga Kilper. Melainkan sampah dari warga yang domisili di luar Kelurahan Kilper.
“Saya pernah bertanya kepada warga yang saat itu sedang membuang sampah. Warga itu mengaku tinggal di kelurahan tetangga. Itu artinya, produksi sampah di Kilper juga warga di kelurahan lain punya andil,” kata Utu.
KUMUH
Kilper menjadi salah satu kelurahan pintu masuk menuju Kota Luwuk. Meski letaknya cukup strategis, tapi sejumlah fasilitas terlihat kumuh. Salah satunya GOR.
“Kilper pintu masuk Luktar. Tapi terkesan kumuh. Coba lihat GOR. Karena tidak terurus, sehingga menjadi kumuh. Karena kekumuhan itulah, warga di luar Kilper seenaknya membuang sampah di tempat itu,” kata Utu.
Mestinya sambung Utu, GOR dirawat. Minimal kebersihannya terjaga. Dan peran itu kata Utu ada di instansi pemerintah teknis.
Kekumuhan Kilper sambung Utu turut diperkuat dengan fasilitas jalan yang tidak refresentatif.
“Jalur II di samping kiri dan kanan GOR dan di bagian belakangnya, sudah beberapa kali pergantian bupati, tidak pernah di aspal,” kata Utu.
Warga pun berharap, dengan kepemimpinan Bupati Banggai, Amirudin Tamoreka, apa yang menjadi keluh kesah warga khususnya di Kilper dan umumnya di Luwuk Utara dapat disikapi. *
Discussion about this post