Reporter Naser Kantu/Anto Yasin
LUWUK – Pengurus Bulutangkis (PB) Pagimana Mandiri asal Kecamatan Pagimana, tercatat pernah mengharumkan nama Kabupaten Banggai dengan sederet prestasi saat mengikuti Open Tournament di Provinsi Gorontalo belum lama ini.
Kekecewaan dialami tim yang dibesut Alexander Tanak tersebut, manakala mereka bertanding di daerah sendiri.
Pada kejuaraan Bupati Cup Badminton Championship 2021 yang di buka Wakil Bupati Drs. Furqanudin Masulili, tim ini malah merasa di curangi oleh panitia pelaksana, akibatnya mereka enggan untuk melanjutkan sisa pertandingan.
Noldi, salah satu official tim, pada Luwuk Times, Minggu (19/12) membeberkan sejumlah kesengajaan yang dibuat panitia pelaksana untuk menjatuhkan tim yang telah terdaftar pada Sistem Informasi PBSI Pusat tersebut.
Pada awalnya, PBSI Pagimana kata Noldi, mendapatkan undangan untuk berkompetisi di pertandingan tersebut.
Dalam undangan, panitia kata dia, telah menetapkan aturan bahwa pada kelas ganda beregu putera hanya bisa mendaftarkan atau memainkan pemain kelas madya dan pemula.
Sedangkan, untuk ganda perorangan putera, sesama pemain utama atau kelas A tidak bisa berpasangan.
“Kami dari Pagimana, ada 3 pemain kelas A, yaitu Joverian, Muh. Ikhsanul Ibat, dan Ferli Putje. Setelah melihat aturan, hanya Joverian yang kami ikutkan berpasangan dengan salah satu pemain madya kami untuk ganda perorangan putera” tuturnya.
Selanjutnya, PB. Pagimana Mandiri mendaftarkan pemain-pemainnya untuk 3 ganda beregu putera dan 3 ganda perorangan.
Pada tahapan pertama pertandingan, pihaknya dengan sportifitas, menerima kekalahan tim ganda beregu putra.
Namun, kekecewaan menghampiri mereka saat mengetahui, panitia pelaksana mengizinkan pemain kelas A dari tim lain bertanding pada putaran selanjutnya.
“Terdapat salah satu pemain kelas A yang panitia izinkan untuk bermain. Kami coba tawarkan pemain A kami ikut bertanding, tapi tidak diizinkan, padahal tim yang lain bisa. Ini membuktikan kalau kami dicurangi,” ungkapnya.
Tidak berhenti sampai disitu, kecurangan juga terdapat di ganda perorangan putera. Dimana, alur kualifikasi yang menampilkan nama-nama tim yang akan bersua justeru berbeda dengan pertandingan di lapangan.
“Misalnya, dijadwal Pagimana lawan Masama, dipertandingan yang muncul Pagimana lawan Toili,” ujarnya.
Sekelas Bupati Cup, Noldi juga mempertanyakan tidak adanya hakim garis. Sehingga, penentuan bola masuk hanya dilakukan wasit utama.
“Pada saat game poin, semua yang didalam ruangan, melihat bola dari tim Kings Amir keluar, tapi wasit malah mengatakan masuk,” tambah dia.
Atas peristiwa ini, PB. Pagimana Mandiri kedepannya menyatakan sikap tidak bersedia mengikuti pertandingan yang dilaksanakan di Kabupaten Banggai.
“Kepercayaan kami sudah hilang, tidak ada gunanya mengikuti pertandingan disini, hanya menghabiskan energi para pemain dan official tim, karena pada akhirnya tetap di curangi,” cetusnya.
Dampak terburuknya, kata dia nilai-nilai sportifitas yang digaungkan Bupati Banggai Amirudin demi kemajuan dunia olahraga, sulit terwujud.
“Dari dulu sampe skarang, bagitu trus, selalu curang. Kapan kita bisa lahirkan atlet-atlet hebat, kalau cara-cara yang tidak profesional, terus kita pelihara,” ujarnya.
Alexander Tanak, sang manajer-pun ikut buka suara. Menurutnya, dalam pertandingan ini, yang ada dibenak Panitia Pelaksana hanyalah bagaimana mengejar hadiah, bukan menciptakan sportifitas.
Itu terbukti, dengan adanya panitia yang ikut pula pada pertandingan. Selain itu, mantan Kasie Intel Kejari Banggai ikut menyodok Ketua Panitia Pelaksana yang diemban Febriansah.
“Ketua Panitia, hanya formalitas, tidak bisa membuat keputusan. Semua keputusan diatur oleh salah satu panitia pelaksana. Ada buktinya sama saya,” ungkapnya.
Dikonfirmasi, Ketua Panitia Pelaksana Ferbriansah mengarahkan kepada Seksi Pertandingan Iwan Pakaya untuk menjawab pertanyaan yang diajukan wartawan.
Iwan Pakaya yang akrab dipanggil Loba, saat ditemui, menjawab singkat.
“Intinya, semua kritik dan saran kita terima untuk perbaikan kedepan,” tutupnya. *
Discussion about this post