ISTIDRAJ adalah salah satu istilah dalam Islam yang cukup populer. Istilah ini mengacu pada jebakan bagi umat Muslim berupa kenikmatan dalam waktu yang cukup panjang, sekalipun terus melakukan dosa dan maksiat.
Di depan mata kita, ada fenomena unik yang membuat kita silau dan galau. Tidak sholat, tidak menutup aurat, maksiat jalan terus tetapi hidupnya senang, happy, gaji berlibat dan hidup sejahtera bahkan punya jabatan tinggi.
Istidrajd, sebuah istilah dalam Alquran dan Hadist yang mampu menjelaskan semua fenomena diatas.
Tidak sedikit orang yang lalai dalam ibadah justru diberikan harta yang berlimpah dari Allah SWT.
Dalam Islam, kenikmatan dunia itu disebut dengan istidraj. Allah SWT melimpahkan rezeki, kebahagiaan, dan kenikmatan dunia lainnya kepada setiap orang yang Dia kehendaki.
Kenikmatan tersebut bisa menjadi peringatan akan azab Allah apabila diberikan kepada orang yang sering melalaikan ibadah dan merasa tenang dalam maksiatnya.
Peringatan istidraj termaktub dalam QS. Al An’am ayat 44 sebagai berikut: “Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka. Kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa.” (QS. Al An’am: 44).
Istidraj menurut ayat di atas artinya dikeluarkan dari garis lurus kebenaran tanpa disadari.
Allah SWT memperlakukan apa yang dia kehendaki, dibukakan segala pintu, hingga orang tersebut lupa diri. Ibaratnya tidak ingat bahwa sesudah panas pasti ada hujan, sesudah lautan tenang gelombang pasti datang.
Mereka dibiarkan berbuat maksiat dengan hawa nafsunya hingga tersesat jauh. Lalu, siksaan Allah datang sekonyong-konyong.
Malik Al-Mughis dalam bukunya yang berjudul Demi Masa menjelaskan, istidraj adalah pemberian kesenangan untuk orang-orang yang dimurkai Allah agar mereka terus menerus lalai.
Hingga pada suatu ketika semua kesenangan itu dicabut oleh Allah, mereka akan termangu dalam penyesalan yang terlambat. Sama halnya dengan penjelasan Quraish Shihab, bahwa istidraj adalah memindahkan dari satu tahap ke tahap berikutnya, hingga mencapai puncak dengan jatuhnya siksa.
Istidraj bisa terjadi dalam bentuk limpahan nikmat yang diduga kebaikan, atau merasa terhindar dari hukuman.
Padahal, ini merupakan pancingan untuk melakukan pelanggaran yang lebih besar, sehingga sanksi yang diterima juga lebih besar. Allah SWT membiarkan dan tidak disegerakan azabnya.
Maksud di sini, adalah Allah SWT akan mendekatkan azab kepada mereka secara bertahap dengan bentuk: Pengabaian, Selalu diberi kesehatan dan Ditambah kenikmatan. Namun, mereka tidak mengetahui bahwa itu adalah istidraj,.
Intinya, menurut para mufasir, yang dimaksud dengan istidraj adalah pemberian sebuah nikmat untuk menjadikan seseorang lalai dan durhaka.
Seperti yang tertera dalam pengertiannya, tanda utama dari istidraj adalah ketika seseorang terus dibiarkan berbuat dosa tetapi terus diberikan kenikmatan oleh Allah SWT.
Dengan kata lain, hakikat istidraj adalah sebuah siksaan, bukan sebuah nikmat meskipun dalam penerimaannya berupa nikmat.
Siksa tersebut ditangguhkan dalam waktu yang lama, sehingga sampai batas waktu yang telah ditetapkan.
Mengenai kapan terlaksananya tangguhan siksaan atau azab Allah SWT, ulama tafsir berbeda pendapat dan pandangan.
Ada yang berpendapat bahwa tangguhan azab dan siksaan bisa terjadi di dunia terlebih dahulu, kemudian disempurnakan di akhirat.
Ada pula mufasir yang berpendapat bahwa tangguhan azab dan siksaan Allah SWT akan terlaksana di akhirat kelak.
Tujuan Allah SWT menimpakan azab atau siksaan-Nya secara langsung saat di dunia kepada umat terdahulu adalah untuk menjadikannya sebagai peringatan dan pelajaran.
“Ketika mereka meninggalkan peringatan yang diberikan pada mereka, tidak mau mengindahkan peringatan tersebut, Allah buka pada mereka segala pintu nikmat sebagai bentuk istidraj pada mereka, Sampai mereka berbangga akan hal itu dengan sombongnya. Kemudian Kami siksa mereka dengan tiba-tiba. Lantas mereka pun terdiam dari segala kebaikan.”
Seorang muslim yang termasuk dalam golongan istidraj umumnya akan senantiasa merasa tenang sekalipun jarang beribadah.
Ia tak pernah merasa gelisah dan menyesal sedikit pun meski lalai terhadap perintah Allah SWT. Umat Islam dianjurkan untuk senantiasa bersedekah.
Namun ketika kita diselimuti rasa kikir, maka amalan tersebut akan kerap ditinggalkan.
Bahkan tak jarang ada pula ada yang enggan mengulurkan bantuan kepada orang lain. Namun demikian, justru ada beberapa golongan orang kikir yang hartanya melimpah.
Discussion about this post