Kolom Syarif

Istidrajd: Tidak Shalat, Lalai dan Maksiat, Tapi Hidup Senang dan Kaya Raya

1617
×

Istidrajd: Tidak Shalat, Lalai dan Maksiat, Tapi Hidup Senang dan Kaya Raya

Sebarkan artikel ini
Oleh: Dr. Syarif Makmur, M.Si

Jika  kita  merupakan salah satunya, maka artinya kamu adalah golongan orang istidraj. Salah satu contoh adalah sakit. Sakit merupakan salah satu ujian yang dapat mendekatkanmu kepada Allah SWT.

Sebab, ketika sakit seorang muslim yang taat akan senantiasa memohon kepada-Nya.  Namun, jika Pins merasa jarang sakit dan sering melakukan perbuatan maksiat, maka coba lakukan introspeksi diri.

Bisa jadi hal tersebut merupakan tanda bahwa kamu istidraj. Umumnya istidraj diberikan kepada orang-orang yang tertutup atau mati hatinya.

Mereka ialah golongan orang yang tak pernah bersedih dan menyesal bila telah melakukan perbuatan maksiat.

Guna menghindari istidraj, maka Pins perlu memahami perbedaan antara kemurahan Allah dan istidraj itu sendiri.

Cara mengetahuinya yakni dengan sering melakukan introspeksi diri, sentiasa berdoa, dan mengerjakan banyak amalan shalih. Allah SWT memerintahkan seluruh umat  untuk senantiasa taat kepada-Nya.

Bentuk ketaatan seorang muslim kepada Allah dapat diwujudkan dengan beribadah dan menjauhi larangan-Nya.

Banyak dari umat muslim yang tidak bisa menjauhi larangan Allah, seperti maksiat.

Seorang muslim yang melakukan maksiat akan mendapatkan hukuman dari Allah, salah satu hukuman dari berbuat maksiat adalah istidraj. 

Istidraj adalah pemberian yang disertai murka Allah SWT. Istidraj berupa pemberian kesenangan untuk orang-orang yang dimurkai Allah agar mereka terus menerus lalai untuk, lalu kemudian tiba-tiba semua kesenangan itu dicabut hingga mereka menyesal karena sudah terlambat.

Baca:  Kualitas Keputusan Adalah Kualitas Kehidupan, Jangan Sampai Salah Memilih

Istidraj seringkali terjadi pada umat muslim yang jarang beribadah mereka selalu dapat merasakan kenikmatan di dunia. Berikut adalah tanda-tanda yang seorang muslim yang mendapatkan istidraj dari Allah SWT :

1. Kenikmatan berlimpah meskipun tidak pernah beribadah

Istidraj terjadi pada umat muslim yang lalai dalam beribadah tetapi mendapatkan nikmat yang berlimpah. Contohnya, seorang umat muslim yang tidak pernah menunaikan  tetapi mempunyai rezeki yang berlimpah. Padahal kenikmatan yang mereka nikmati adalah sebuah jebakan dari Allah SWT.

2. Melakukan banyak maksiat tetapi hidup dengan tentram dan tenang

Tanda-tanda istidraj lainnya adalah rasa tenang dan tentram dalam hati, meskipun selalu melakukan maksiat. Orang yang seperti ini akan tidak pernah menunaikan ibadah dan terlalu menikmati dunia. Padahal, sesungguhnya semua ini adalah hukuman dari Allah SWT.

3. Orang-orang yang jarang sakit

Umat Islam yang jarang sakit termasuk dalam tanda-tanda orang yang tertimpa istidraj. Karena, sakit merupakan salah satu bentuk nikmat dari Allah SWT pada hambanya.

Ungkapan “menarik mereka dengan berangsur-angsur” disebut sebagai “sanastadrijuhum“. Maka dari itu, istilah istidraj mengandung makna ‘daya tarik’.

Di sinilah peluang tipu daya syaitan atau iblis dalam menjerumuskan manusia agar kian jauh dari Allah SWT.

Baca:  Seperti Buku, Kehidupan Itu Berjilid

Orang-orang yang lemah imannya akan mudah tergiur tipu daya ini. Berbeda dengan istidraj, mukjizat memang mengandung arti “daya tarik”, tetapi bertujuan baik, yakni meninggikan ayat-ayat Allah supaya manusia yang beriman kian kuat keimanannya.

Mukjizat biasa diberikan kepada para Nabi dan Rasul untuk memperkuat dakwah Islam kepada kaum kafir dan musyrik.

Bila istidraj bersifat menyesatkan, mukjizat mengembalikan seseorang pada jalan kebenaran.

Hanya saja, wajar bila manusia yang lemah imannya mudah terpedaya dalam istidraj.

Sebab, yang menarik hati dan pandangan mereka adalah kenikmatan duniawi, entah itu kekayaan, kemewahan, tubuh yang rupawan, dan sebagainya.

Apa solusi untuk menghindari istidraj? Minimal, dengan banyak-banyak introspeksi. Lihat surah al-Anfaal ayat 29 (artinya), “Wahai orang-orang yang beriman, jika kamu bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan memberikan kepadamu furqaan ….”

Itulah instrumen yang ditanam dalam diri setiap orang yang beriman. Mereka merasakan getaran hati, firasat, atau ilham, dari Allah SWT sebagai awal introspeksi diri.

Biasanya, saat mengenang perbuatan-perbuatan buruk yang pernah dilakukannya, maka timbul perasaan menyesal.

Ketika hati diingatkan untuk memohon ampun, maka itulah “perahu” yang menyelamatkan dari arus istidraj. Agar sinyal taubat itu ada, hendaknya seorang beriman menjaga diri dari harta yang haram dan berupaya konsisten dalam menjalankan perintah-perintah Allah. *

error: Content is protected !!