Luwuktimes.id— BPJS Kesehatan menggandeng Badan Kerja Sama Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat-Ilmu Kedokteran Pencegahan-Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran se Indonesia (BKS IKM-IKP-IKK-FKI) untuk bersinergi dalam pengembangan kompetensi dokter di bidang pembiayaan kesehatan Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).
Direktur SDM dan Umum BPJS Kesehatan, Andi Afdal dalam siaran pers yang diterima Luwuktimes.id menegaskan, kerja sama ini tercipta karena dokter dengan penguasaan kompetensi yang paripurna akan menjadi katalisator peningkatan mutu layanan kesehatan dalam pelaksanaan Program JKN.
Afdal menuturkan, peningkatan mutu layanan ini mencakup dimensi mutu yang meliputi aspek medis seperti technical, interpersonal dan outcome serta aspek yang tidak kalah penting yakni aspek non medis yang terdiri dari servicescapes, accessibility dan responsiveness.
“Aspek non teknis juga penting karena ada saatnya dokter juga akan menjadi pasien, sebagai pasien kecenderungan kita ingin didengar dan diperhatikan, ingin mendapatkan layanan terbaik dan mengharapkan kepedulian serta keramahan melalui ketulusan human touch,” ujar Afdal saat memberi Kuliah Tamu BKS IKM-IKP-IKK-FKI Regional 6 di Universitas Hasanuddin, Makassar, Jumar (12/01).
Afdal menambahkan, dokter wajib menghadirkan rasa dan melayani dengan hati melalui kemampuan serta kemauan. Menurutnya kemampuan dan kemampuan harus selalu berkelindan, sangat penting dimiliki oleh setiap tenaga medis.
“Semua bisa dilakukan melalui AI (Artificial Intelligence), tapi satu hal yang tidak bisa gantikan kita secara personal, itulah human touch yang terimplementasi melalui rasa kemanusiaan. Ini hal yang paling mendasar yang tidak ada dalam perkembangan teknologi,” ungkapnya.
Berdasarkan data BPJS Kesehatan, saat ini sudah 95,75% penduduk Indonesia menjadi peserta JKN, untuk itu Afdal berharap agar seluruh tenaga medis wajib menguasai literasi pengetahuan tentang pembiayaan kesehatan Program JKN secara komprehensif agar kemampuan dan kemauan dapat selaras.
“Kami juga berharap dalam pemerataan pelayanan kesehatan, akan banyak lagi dokter-dokter muda yang bersedia bertugas di wilayah perifer demi tercapainya ekuitas pelayanan kesehatan di seluruh wilayah Indonesia,” tuturnya.
Pada kesempatan ini, Afdal juga memaparkan tentang tiga poin penting dalam penyediaan pelayanan kesehatan di Indonesia. Pertama, memastikan semua penduduk memiliki akses.
Kedua, tidak ada isu tentang masalah biaya, selanjutnya yang ketiga adalah tentang kualitas layanan yang harus bermutu.
“Akan menjadi percuma jika suatu wilayah telah memiliki dokter, memiliki peralatan dan obatobatan tapi masyarakatnya tidak mampu mengakses layanan kesehatan karena keterbatasan biaya.
Discussion about this post