Jangan mencemaskan dan menyedihkan anak-anak kamu tidak bisa matematika dan IPA, tetapi khawatirkan lah bila anak-anakmu tidak bisa patuh dan taat pada ibu nya.
Jangan mencemaskan anak-anakmu tidak lulus perguruan tinggi, tetapi khawatirkan ia kalau tidak shalat dan tidak bisa baca Alquran.
Jangan pernah mengkhawatirkan dan mencemaskan bila tidak menjadi gubernur, Bupati / Walikota atau tidak duduk di Kursi DPR, tetapi khawatirkan lah bila engkau tidak mampu dan amanah dalam melaksanakan tugas dan jabatan yang berakibat tidak dipercaya rakyat dan kemungkinan melakukan perilaku korupsi atau kejahatan jabatan lainnya.
Depresi, Kecemasan dan Kecanduan
Studi tentang kesehatan mental mencatat bahwa di era digital orang lebih berisiko terkena gangguan mental daripada era-era sebelumnya. Beberapa gejala gangguan mental yang paling sering ditemui adalah depresi, kecemasan dan kecanduan.
Menurut data WHO, depresi merupakan penyakit yang umum terjadi. Diperkirakan 5 persen populasi dunia menderita gejala depresi.
Orang dengan depresi ringan biasanya merasa sedih, kosong, dan kehilangan gairah untuk beraktivitas.
Di level depresi sedang yang dirasakan adalah sulit konsentrasi, merasa bersalah, minder, tidak memiliki masa depan, gangguan tidur, dan merasa kelelahan. Pada level akut depresi dapat mendorong si penderita untuk memikirkan bunuh diri.
Di Indonesia sendiri remaja yang menderita gejala depresi mencapai 5,1 persen. Sebuah studi mengatakan bahwa beberapa faktor penentu pada depresi remaja adalah merokok, meminum alkohol, menderita penyakit kronis, dan orang tua yang memiliki gejala depresi.
Dari temuan ini yang perlu disorot adalah kondisi keluarga ikut berkontribusi pada gangguan mental.
Jadi, menjaga kesehatan mental keluarga sangat krusial dalam mencegah gejala depresi pada remaja. Cemas merupakan suatu hal yang wajar apabila menghadapi situasi yang tidak bisa dikontrol.
Rasa ini muncul ketika otak terstimulasi untuk mempersepsikan suatu keadaan yang asing dan ketidaksanggupan untuk berpikir positif.
Dalam disiplin psikologi, rasa cemas termasuk dalam kategori emosi negatif yang cukup kuat. Rasa cemas sebenarnya dapat tangani ketika kita memiliki kemampuan mengatasi masalah mental.
Misalnya dengan teknik meditasi. Teknik ini sangat bermanfaat dalam meregulasi ulang baik pikiran, mood dan emosi menjadi lebih positif. Yang terakhir adalah soal kecanduan.
Kecanduan secara medis dapat diartikan sebagai disfungsi kronik pada sistem otak yang melibatkan motivasi, memory dan reward. Orang yang menderita kecanduan biasanya akan bertindak secara kompulsif dan terobsesi untuk mencari reward tanpa bisa mengontrol konsekuensinya.
Di era digital, jenis kecanduan yang lahir dari budaya layar diantaranya adalah kecanduan game-online, kecanduan judi, kecanduan berbelanja online dan kecanduan pornografi.
Keempat jenis kecanduan ini sering kita temui di kalangan remaja dan anak muda.Sampai di sini, kita perlu menggarisbawahi bahwa tiga masalah kesehatan mental tersebut harus menjadi perhatian bersama. Kita tidak ingin kalau generasi masa depan Indonesia gagal merealisasikan potensinya karena terkendala gangguan mental.
Benar kata Einstein, Ilmu tanpa Agama Lumpuh, Agama tanpa Ilmu Buta. Fenomena lumpuh dan buta pada saat ini merupakan produk kemajuan yang membabi buta, kemunduran moral dan akhlak, merenggut dan merusak sistem kehidupan, menghalalkan segala cara menyerupai sifat-sifat kebinatangan yang kualitasnya diatas rata-rata. *
Baca juga: Niat Bersaing Ditengah Persaingan
Kunjungi kami di Google News
Discussion about this post