Namun, Bupati Amirudin juga diketahui berharap rencana pemindahan ini disosialisasikan bersama buruh pelabuhan, serta menyediakan solusi bagi mereka agar tidak berdampak pada sisi pendapatan.
“Sehingga hari ini kita akan lakukan sosialisasi pada rekan buruh, mencoba mencari solusi yang terbaik,” ujarnya.
Solusi yang coba ditawarkan bagi buruh pelabuhan Luwuk nantinya, yakni mengundang pihak pekerja buruh pelabuhan Tangkiang, agar bisa bekerja bersama-sama dengan buruh pelabuhan Luwuk, ketika aktifitas bongkar muat dilakukan di Pelabuhan Tangkiang.
“Apalagi buruh di pelabuhan Luwuk, atau Koperasi TKBM Teluk Lalong, adalah induk dari unit mereka pekerja pelabuhan Tangkiang. Jadi akan dicari solusi, bagaimana bisa tetap kerja bersama-sama. Tinggal teknisnya,” ujar Noldy.
Jalan keluar lainnya untuk tetap pertahankan pendapatan buruh pelabuhan Luwuk, lanjut KUPP, ia akan berbicara dengan perusahaan-perusahaan pelayaran.
Meski aktivitas bongkat muat peti kemas dipindahkan ke Pelabuhan Tangkiang, namun akan diupayakan depo peti kemas masih ada di pelabuhan Luwuk.
Sehingga kegiatan staffing dan stripping, tetap dilakukan di Pelabuhan Luwuk, kemudian ketika akan dikapalkan baru dikirim ke Pelabuhan Tangkian, pada malam hari di luar jam sibuk.
“Itu juga kita siapkan untuk solusi. Jadi pendapatan buruh tetap atau tidak terjadi penurunan signifikan,” ungkap Noldy lagi.
Namun, ketika rapat sosialisasi rencana pemindahan bongkar muat ke pelabuhan Tangkiang digelar, hal iti tidak diterima para buruh pelabuhan Luwuk.
Dengan alasan jika kondisi dalam Kota Luwuk tak ada korelasinya dengan pekerjaan mereka.
Sehingga para buruh yang tergabung dalam Koperasi TKBM Teluk Lalong, keluar dari ruang rapat di kantor KUPP Luwuk, Senin 21 Mei 2023.
Rapat sosialisasi itupun hanya berlangsung tak lebih dari 10 menit, setelah dibuka Kepala KUPP Luwuk. *
jy
Discussion about this post