Advertisement

Sulteng

Gandeng BRIN, BRIDA Sulteng Bikin Seminar Hasil Riset Pengendalian Schistosomiasis

184
×

Gandeng BRIN, BRIDA Sulteng Bikin Seminar Hasil Riset Pengendalian Schistosomiasis

Sebarkan artikel ini
BRIDA Provinsi Sulawesi Tengah bekerjasama dengan BRIN Perwakilan Sulteng, menggelar seminar hasil riset pengembangan pengendalian inang perantara schistosomiasis, bertempat Aula Nagaya Brida, Rabu (19/06/2024).

PALU, Luwuk Times— Badan Riset dan Inovasi Daerah (BRIDA) Provinsi Sulawesi Tengah bekerjasama dengan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Perwakilan Sulteng, menggelar seminar hasil riset pengembangan pengendalian inang perantara schistosomiasis, bertempat Aula Nagaya Brida, Rabu (19/06/2024).

Mengawali seminar, Kepala Bidang Riset, Inovasi dan Teknologi Daerah yang juga selaku moderator Hasim R mengharapkan agar sebelum pelaksanaan seminar akhir, para peneliti dapat menyelesaikan serta mengumpulkan buku dan artikel hasil penelitian yang telah dilaksanakan.

Dilanjutkan pada pemaparan materi hasil penelitian yang disampaikan oleh Junus Widjaja selaku Ketua tim riset menjelaskan, penelitian pengembangan pengendalian inang perantara schistosomiasis dilatar belakangi karena Indonesia merupakan salah satu negara endemis schistosomiasis di dunia.

Selain di Indonesia, wilayah Asia yang menjadi daerah endemik schistosomiasis yaitu Filipina, Cina dan Jepang.

Baca:  Sulteng Terapkan PPKM, Pelaku Perjalanan Wajib Negative Rapid Test/PCR

Di Indonesia sendiri, lokasi endemik schistosomiasis tersebar di 28 desa dengan fokus penelitian saat ini pada daerah Napu yang terdiri dari tiga kecamatan yaitu Kecamatan Lore Utara, Lore Timur, dan Lore Peore.

Penyakit ini berdampak buruk pada kesehatan dan produktivitas masyarakat, menyebabkan anemia sehingga memicu kekerdilan (stunting).

Termasuk pada orang dewasa schistosomiasis kronis dapat menurunkan kemampuan bekerja dan jika tidak ditangani dapat mengakibatkan kematian.

Program pengendalian yang dilakukan hingga saat ini belum dapat menekan prevalensi infeksi schistosomiasis itu sendiri, hal ini disebabkan adanya inang perantara, reservoir seperti tikus, ternak masyarakat, termasuk hewan liar bahkan masyarakat sendiri sebagai sumber penular.

Baca:  Satgas Madago Raya terus Sambangi Warga Poso

Infeksi schistosomiasis tidak ditularkan secara langsung dari orang ke orang, akan tetapi membutuhkan keong air tawar yaitu keong Oncomelania hupensis lindoensis sebagai hospes perantara dan berkembang biak cacing schistosoma japonicum.

Keong Oncomelania hupensis lindoensis adalah bagian penting dari siklus hidup schistosoma japonicum.

Sehingga untuk mendukung eliminasi schistosomiasis di Indonesia tahun 2030, salah satu strategi yang dilakukan adalah dengan pengendalian keong tersebut.

Dalam pengendaliannya, tim periset mengembangkan metode dengan menggunakan moluskisida yang kemudian ditutup dengan plastik hitam (black plastic) sebagai pelapis lahan dan saluran air yang merupakan daerah fokus keong Oncomelania hupensis lindoensis.

Adapun 80 persen habitat keong di Napu berada disaluran air, perkebunan coklat, kopi dan campuran.