Oleh: Dr. Syarif Makmur, M.Si
SUATU pembelajaran penting dan mendasar diajarkan Nabi Muhammad SAW kepada ummat manusia, agar menyelesaikan semua persoalan kehidupan tidak dengan cara konflik dan perang tetapi dengan cara damai yang memanusikan manusia, yaitu Perikemanusiaan yang adil dan beradab (Sila Ke-dua Pancasila).
Konflik atau perang hanya membuat manusia tidak dapat berpikir rasional dan waras, tetapi cenderung emosional dan tidak rasional.
Perjanjian Hudaibiyah yang dibuat Rasulullah dan kaum Kafir Qurais pada 8 Hijriyah 630 masehi itu sangat menguntungkan kaum qurais. Dari semua pasal-pasal yang dibuat oleh Rasulullah dan kaum qurais dalam perjanjian itu 99 % (Sembilan puluh Sembilan persen) menguntungkan kelompok kafir Qurais.
Hanya ada satu pasal yang diminta oleh Rasulullah SAW agar tidak ada perang selama 10 (sepuluh) tahun, tetapi diskusi, rapat, seminar dan pertemuan serta sejenisnya yang membahas tentang kebenaran Islam diperbolehkan.
Menurut pandangan Nabi Muhammad SAW dan para sahabat bahwa penggunaan akal sehat, berpikir obyektif dan rasional tentang ajaran kebenaran Islam melalui diskusi dan kajian akan sangat menguntungkan Islam.
Konsep dan teori ini ternyata benar, banyak orang-orang qurais yang tadinya anti Islam menjadi masuk Islam dan membela Islam.
Kaum Qurais, misalnya membandingkan antara sosok Abu Jahal dengan sosok Nabi Muhammad, siapa yang paling benar?
Hasil diskusi mereka menyimpulkan bahwa Muhammad lebih benar dan baik dari pada Abu Jahal, karena ABU Jahal banyak berdusta dan menipu banyak orang, sedangkan Nabi Muhammad sosok yang jujur dan Amanah.
Contoh kedua, siapakah yang paling benar dan baik Tuhan nya Abu Jahal atau Tuhan nya Muhammad? Mereka mendiskusikan dan mengkaji tentang hal itu bahwa Tuhan nya Abu Jahal berupa patung dan berhala dibuat oleh tangan manusia yang bisa hancur dan terbakar.
Sementara Tuhan nya Muhammad adalah yang menciptakan manusia dan seluruh alam semesta yang menurunkan Hujan, angin dan sebagainya.
Akhirnya mereka berkesimpulan bahwa Tuhan nya Nabi Muhammad lah yang paling baik dan paling benar. Sehingga dalam kurun beberapa waktu saja, tanpa ada perang, ribuan kaum qurais masuk Islam. Yang semula kaum qurais adalah singa kafir berubah menjadi singa Allah.
Umar Bin Khatab yang semula dikenal sebagai Singa Qurais, berubah menjadi Singa Allah atau singa Islam.
Secara sosiologis, kebenaran dan kebaikan hanya dapat diterima oleh hati Nurani dan akal sehat pada saat situasi dan kondisi harmonis, damai tanpa perang atau konflik.
Tidak ada satupun kesepakatan atau perjanjian yang menguntungkan berbagai pihak apabila dibuat dalam situasi perang atau pun konflik.
Israel dan palestina sebagai contoh, tidak akan ditemukan kesepakatan dalam perjanjian sehebat apapun selagi keduanya berperang dan konflik.
Sebaiknya, ada gagasan dan ide agar Palestina mengambil Langkah mundur untuk berdiam beberapa waktu, dan meminta Israel dan sekutunya tidak perang selama beberapa tahun, dan meminta Israel dan Palestina untuk lebih banyak berdialog, berdiskusi, mengkaji melalui loka karya, seminar, symposium, dan sejenisnya untuk membahas Kebenaran dan kebaikan, apakah Israel yang benar atau Palestina
Semua diskusi dan kajin tentang hal itu dikembalikan kepada prinsip-prinsip berpikir yang rasional, obyektif an ilmiah.
Strategi Nabi Muhammad SAW dalam perjanjian Hudaibiyah dapat menjadi contoh bagi Israel dan Palestina, karena konflik serta perang yang berkepanjangan tidak membuahkan hasil dan merugikan rakyat Palestina dan juga Israel.
Discussion about this post