Oleh: Dr. Syarif Makmur, M.Si
HAMPIR dipastikan koalisi dalam KIM Plus yang mengusung Calon Gubernur, calon Bupati dan calon Walikota akan memenangkan Pilkada di seluruh Indonesia terutama di Pulau Jawa.
Setelah memenangkan Pilpres yang menghantarkan Prabowo–Gibran, desain dan rancangan berikutnya adalah memenangkan Pilkada 2024 seluruh Indonesia minimal 70 persen.
KIM Plus memiliki target yang luar biasa untuk membawa Indonesia menuju Indonesia emas 2045.
Sehingga yang dibutuhkan tidak saja sukses Pilpres, tetapi juga sukses Pilkada. Partai–partai besar minus PDIP akan merapatkan barisan untuk memenangkan Pilkada.
Karena hal ini sangat erat kaitannya dengan visi-misi Presiden terpilih yang menginginkan keberlanjutan pembangunan nasional dan pembangunan daerah.
Jika kita menyimak pidato politik Prabowo maupun Jokowi dalam beberapa waktu terakhir ini, keduanya menginginkan bersatunya kekuatan politik terutama partai-partai besar: Golkar, Nasdem, Gerindra, PKB dan Demokrat untuk berada pada satu barisan kekuatan KIM Plus.
Bahkan partai politik yang berseberangan dengan pemerintah yaitu PKS dapat mereka rangkul dan dapat bergabung. Alasan teoritisnya adalah berujung pada kebutuhan Jabatan dan kekuasaan.
Sebagaimana yang telah dilakukan Presiden Joko Widodo dalam sepuluh tahun berkuasa, maka di era Presiden Prabowo nanti (2024-2029) lebih mengencang untuk menyatukan kekuatan-kekuatan politik terbesar berada dalam satu barisan.
Partai-partai politik besar: Golkar, Nasdem, PAN, PKB dan Demokrat memang tengah tersandera oleh berbagai masalah hukum dan masalah lain yang menjeratnya.
Sebut saja partai Golkar, yang ketua umumnya mengundurkan diri, hal ini karena Airlangga terjerat 11 kasus hukum (Refly Harun & Dedi Corbuser: 2024) juga Partai lainnya.
Memang, sebuah kecerdasan memimpin Joko Widodo untuk menarik para Ketua umum partai ke kabinetnya dan dibiarkan melakukan kejahatan jabatan.
Senjata inilah yang digunakan Rezim saat ini untuk memainkan kewenangannya yang membuat para ketua umum partai menjadi tidak berkutik.
Publik telah mengetahui dan mengerti tentang hal ini bahwa tekanan rezim kepada para ketua-ketua umum partai politik untuk menyukseskan Pilkada 2024 di latar belakangi oleh masalah hukum dan kejahatan jabatan yang pernah dilakukannya dan yang dapat membantu mereka adalah Presiden.
Kemenangan Serentak Pilkada di Pulau Jawa
Pilkada Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur nyaris akan dimenangkan oleh KIM Plus dengan mengusung Ridwan Kamil untuk Jakarta, Khofifah Indar Parawangsa Jawa Timur, Jenderal Polisi Lutfhi untuk Jawa Tengah dan Airin untuk Provinsi Banten.
Khusus Airin, sekalipun pertama kali dideklarasikan oleh PDIP, tetapi strategi KIM Plus sangat cerdas dengan mengkhususkan Partai Golkar untuk mendukung dan mengusung Airin.
Karena sangat berbahaya bagi Golkar bila Airin hanya didukung dan diusung PDIP.
Untuk Pilkada Jakarta, saingan Ridwan Kamil–Suswono hanya Pramono Anum-Rano Karno, dan diatas kertas masih unggul RK–Suswono.
Mengapa? pasangan ini akan mendapatkan dukungan dan simpatisan dari pendukung Anies Baswedan. Apalagi ditambah kekecewaan pendukung Anies kepada PDIP.
Termasuk pengaruh Suswono yang merupakan kader PKS akan menambah energy bagi pasangan ini.
Sekalipun Anies tidak maju Pilkada Jakarta, namun suasana kebathinan nya masih sangat dalam dengan Muhaimin Iskandar (PKB), Surya Paloh (Nasdem), dan PKS yang mengusungnya saat Pilpres.
Oleh karena itu, sulit bagi Anies Baswedan untuk tidak mendukung RK–Suswono yang di usung oleh KIM Plus.
Untuk Pilkada Jawa Barat, sekalipun Dedi Mulyadi tidak sehebat Ridwan Kamil, namun KIM Plus dengan segala sumber daya politik yang ada akan memenangkan Dedi Mulyadi yang merupakan mantan Bupati Purwakarta dua periode.
Pendukung berat RK di Jawa Barat secara automatis akan memberi dukungan kepada Dedi Mulyadi dan pasangannya. Sangat di yakini, Calon Gubernur / Wakil Gubernur
Jawa Barat yang diusung KIM PLUS akan memenangkan Pilkada. Untuk Provinsi Jawa Timur, Pasangan Khofifah Indar Parawansa-Emil Dardak yang di usung KIM PLUS minus PKB akan mengungguli calon-calon lainnya yang diusung PDIP dan PKB.
Seperti Jakarta, Banten, Jabar dan Jateng maka di Jatim pun KIM PLUS akan mengerahkan segala sumber daya politik nya untuk memenangkan Khofifah–Dardak.
Secara serentak KIM PLUS akan memenangkan Pilkada Jakarta, Banten, Jabar, Jateng dan Jatim dengan mengusung Calon-calon nya. Percaya atau tidak percaya, apa yang telah dilakukan pada PILPRES kemarin, akan dilakukan pula pada Pilkada.
Perlu diiingat bahwa Presiden terpilih Prabowo Subianto ingin lebih sukses dari Jokowi, sehingga instrument politik pemerintahan nya adalah merangkul semua kekuatan untuk bersatu dalam barisan yang diberi nama KIM Plus.
Sangat diyakini, Prabowo–Gibran akan membawa Negara dan Pemerintahannya lebih maju dan lebih sejahtera.
Tinggal satu partai lagi yang belum menyatakan sikap bergabung dengan Pemerintahan Prabowo yaitu PDIP, tetapi secara politik PDIP akan merapat dan bekerja sama dengan Presiden Prabowo Subianto. Perlu diingat bahwa Hubungan Prabowo–Megawati sangat erat dan dekat bahkan lebih dekat dan harmonis ketimbang hubungan Megawati–Joko Widodo.
Sangat diyakini, ada kader PDIP yang akan diangkat dan dilantik oleh Prabowo sebagai Menteri.
Pilkada di Luar Pulau Jawa Sangat Cair
Berbeda dengan fenomena Pilkada Jakarta, Jatim, Jateng, Jabar dan Banten, Pilkada di Provinsi Sumatera Utara, pasangan Bobby Nasution–Surya di usung KIM plus yang lagi-lagi sangat diyakini akan memenangkan Pilkada.
Di Provinsi Sumatera Selatan, Calon gubernur Herman Deru tidak di usung full oleh KIM Plus, karena beberapa partai besar seperti Nasdem, PKS dan Demokrat keluar dari KIM Plus.
Di luar Pulau Jawa KIM Plus memberlakukan koalisinya dengan sangat cair.
Strategi ini untuk menghindari perpecahan koalisi secara nasional. Daerah-daerah diberikan keleluasaan untuk mencari koalisi yang tidak bersifat permanen.
Bagi Presiden terpilih Prabowo Subianto, yang merupakan Ketum partai Gerindra, tidak terlalu mempersoalkan KIM Plus harus utuh mendukung salah satu calon Kepala Daerah.
Secara politik, Prabowo lebih focus di Pulau Jawa terutama Jakarta, Jawa Barat, Banten dan Jatim. Khusus Jakarta, strategi yang dimainkan KIM Plus adalah berupaya agar Anies Baswedan tidak dapat ikut Pilkada Jakarta dan Jawa Barat.
Karena merupakan ancaman bagi Prabowo kedepan menghadapi Pilpres 2029.
Demikian pula Presiden Joko Widodo sangat konsen dan focus di Pulau Jawa khususnya Jawa Tengah. Karena menyangkut kehormatan dan harga dirinya, yang seharusnya keinginan Jokowi agar Kaesang dapat maju Pilkada Jateng berpasangan dengan Jenderal Lutfhi. Namun kandas setelah MK mengeluarkan putusan 60 dan 70.
Semua kalkulasi dan spekulasi politik Indonesia mengalami perubahan sangat signifikan dengan gagalnya Kaesang, gagalnya Anies Baswedan dan berakhirnya kekuasaan Presiden Joko Widodo pada Oktober 2024. *
Discussion about this post