PAGIMANA— Bajo merupakan salah satu suku yang ada di Indonesia. Mereka tersebar disegala penjuru dunia.
Suku yang berasal dari Bangsa Johor Malaysia ini juga mendiami desa yang ada di Provinsi Sulawesi Tengah. Nama desanya adalah Jayabakti Kecamatan Pagimana, Kabupaten Banggai.
Desa Jayabakti terletak pada pesisir Kecamatan Pagimana. Desa ini memiliki luas wilayah 14.597 km. Dengan jumlah populasi mencapai 6000 jiwa penduduk sejak tahun 1817.
Bagi masyarakat desa Jayabakti, laut merupakan kehidupan mereka. Sehingga menurut suku Nomaden ini, dekat dengan laut berarti dekat dengan rejeki.
Jayabakti merupakan desa yang strategis yang berada di Kecamatan Pagimana.
Selain memiliki kekayaan hasil lautnya juga sumber daya manusia (SDM) yang sudah maju.
Tidak sedikit para peneliti yang pernah mengunjungi desa itu, hanya untuk melakukan penelitian terhadap kehidupan masyarakatnya.
Desa Jayabakti merupakan desa terpadat di dunia. Itu merupakan versi On The Spoot dengan mayoritas mata pencarian penduduknya adalah nelayan. Dan selebihnya berprofesi sebagai ASN, tenaga pendidik, kesehatan, pengusaha, TNI/Polri dan lain-lain.
Padahal jika kita melihat luas wilayah desa ini menempati area yang tidak begitu luas.
Jika kita mengunjungi desa ini, kita akan menemui masyarakat Suku Bajo yang kental dengan kearifan lokalnya dan kehidupannya di laut.
Ada berbagai hal yang dapat kita temukan dari keunikan masyarakat desa Jayabakti, yakni:
Rumah di Atas Laut
Sebagian rumah penduduknya merupakan rumah tradisional non permanen yang identik dengan kehidupan laut.
Rumah atas laut dengan dinding terbuat dari kayu dan atapnya dari bahan seng atau daun rumbia.
Uniknya lagi dalam satu rumah di huni 3, bahkan sampai 5 kepala keluarga.
Lahan rumah penduduknya terbuat dari bahan papan kayu dan dengan tersusun sedemikian rupa sehingga kokoh untuk pijakan.
Tarian Khas Putri Papu
Tarian ini mengisahkan asal-usul kehidupan suku Bajo. Yakni tentang pertemuan antara Raja Johor dan seorang Putri Papu.
Kesenian gerak ini menjadi kearifan lokal yang telah turun temurun melalui kisahnya dan digelar pada saat acara penyambutan tamu besar dan perhelatan budaya.
Pengembara Laut
Julukan ini tentunya tidak asing lagi bagi kita. Sebagai suku laut, penduduk suku ini bisa menyelam selama 13 sampai 15 menit.
Selain itu, mereka menghabiskan 60 persen waktu mereka dalam sehari menyelam untuk menangkap ikan.
Dari hasil penelitian Dr. Melissa seorang peneliti asal Amerika Serikat dari Universitas Copenhagen menemukan, ternyata tubuh manusia Suku Bajo secara genetis bisa beradaptasi di dasar laut.
Hal ini yang menyebabkan mereka bisa menyelam lebih lama dari kebanyakan manusia pada umumnya.
Pulau Tinnalapu
Tinnalapu atau yang terkenal dengan sebutan pulau Bidadari, menjadi wisata tersendiri bagi para pengunjung yang datang ke desa Jayabakti.
Pulau itu terletak tidak jauh dari desa jayabakti. Perjalanan ke pulau tersebut dapat ditempuh dalam waktu satu jam, dengan menggunakan perahu katinting milik masyarakat dengan harga yang disepakati bersama.
Pulau kecil ini sangat eksotis. Karena pasir putih yang cantik dan keindahan bawah lautnya.
Ole-Ole Unik
Penduduk suku ini terkenal dengan keahlian buah tangan membuat ikan asin yang berkualitas.
Tidak hanya itu, hasil kretivitas penduduk dalam membuat gelang akar bahar yang dipercayai sebagai obat menjadi pilihan ole-ole unik bagi para pengunjung yang datang ke desa Jayabakti.
Inilah beberapa keunikan dan kearifan lokal oleh masyarakat desa Jayabakti.
Semoga melalui tulisan ini bisa menambah wawasan kita mengenal kehidupan Suku Bajo masyarakat desa terpadat Jayabakti sebagai suku pengembara laut nusantara. *
Discussion about this post