Oleh: H. Iswan Kurnia Hasan, Lc., M.A
ADALAH seorang tabi’in yang bernama Abu Abdurrahman al-Handzaly atau lebih dikenal dengan Abdullah bin Mubarak. Ia seorang tabiin yang diberi gelar orang yang paling alim di zamannya dan yang paling bertaqwa (Siyar al-‘A’lâm an-Nubalâ). Ia ahli fikih, ahli hadis, ahli zuhud, mujahid dan mujtahid. Banyak ulama besar tabiin yang menimba ilmu darinya. Ia juga seorang pedagang besar. Aset perdagangannya mencapai empat ratus ribu dinar. Hasil keuntungan tahunan dari usahanya bisa menembus 100 ribu dinar, yang ia infakkan semuanya untuk para ulama, penuntut ilmu dan masyarakat yang membutuhkan.
Ismail bin ‘Ayyasy, seorang yang hidup bersama Abdullah pernah mengomentari pribadinya, “Aku tidak pernah mengetahui orang lain di dunia ini seperti Abdullah bin Mubarak. Aku juga tidak tahu orang lain yang lebih baik darinya di masa ia hidup. Pernah ada rombongan yang melakukan perjalanan bersamanya dari Mesir menuju Mekah. Sepanjang perjalanan, ia yang menanggung semua biaya makan dan minum rombongan tersebut. Sementara ia justru berpuasa.”
Dalam kitab al-Bidâyah wa an-Nihâyah, karangan Ibnu Katsir, disebutkan bahwa Abdullah bin Mubarak memiliki kebiasaan melaksanakan ibadah haji di satu tahun. Kemudian di tahun setelahnya berjihad di jalan Allah Swt. Jadi setiap dua tahun sekali, ia melaksanakan haji dan berjihad. Saat melaksanakan haji, Abdullah tidak hanya membiayai dirinya sendiri. Tapi seluruh sahabatnya yang akan melaksanakan ibadah haji juga ditanggung olehnya. Sekalian diberikan bonus hadiah dan oleh-oleh buat keluarga masing-masing.
Karena kebiasannya ini, Abdullah bin Mubarak pernah menasehati seorang ulama tabiin, Fudhail bin ‘Iyadh yang terlalu asyik beribadah di Masjidil Haram. “Wahai seorang pemuja Masjidil Haram dan Masjid Nabawi. Kalau seandainya engkau melihat kami yang sedang berjihad di jalan Allah. Kamu pasti akan merasakan bahwa ibadahmu hanyalah sekedar mainan. Wahai seorang yang pipinya basah dengan airmata ibadah. Kami di medan jihad, justru sedang basah dengan darah ” senandung Abdullah.
Dalam kitab Tadzkirah al-Awiyâ’, Biografi 92 Orang Wali Allah karangan Farîd ad-Dîn al-‘Athâr disebutkan kisah mengenai Abdullah bin Mubarak. Satu saat ketika berhaji, Abdullah tertidur di Mina. Lantas ia bermimpi. “Ada dua orang malaikat duduk di dekat kepalaku sedang berdiskusi. Seorang dari mereka bertanya, “Apakah engkau tahu berapa orang yang melaksanakan haji tahun ini?”. Malaikat lain menjawab, ”600 ribu orang”. “Namun tak ada seorangpun yang diterima hajinya tahun ini” timpal malaikat yang pertama” kisah Abdullah dalam mimpinya.
Mendengar diskusi kedua malaikat, Abdullah resah. Bisa dibayangkan biaya yang telah dikeluarkan untuk sampai di Baitullah. Belum lagi jarak perjalanan yang ditempuh oleh seluruh jamaah. Belum lagi manasik yang harus dilaksanakan.
Abdullah melanjutkan mimpinya, “Lalu seorang mailaikat mengatakan, “Namun seluruh jamaah haji lantas diterima ibadahnya oleh Allah karena jasa seorang Abdullah bin Muwaffiq yang berprofesi sebagai tukang sepatu di Damaskus. Ia tidak melaksanakan ibadah haji di tahun ini. Tapi Allah memberikan ia pahala ibadah haji dan menerima ibadah haji semua jamaah karenanya”
Abdullah bin Mubarak penasaran. Kenapa semua jamaah haji bisa diterima oleh Allah Swt. karena jasa seorang tukang sepatu. Selesai melaksanakan ibadah haji, ia pergi ke Damaskus untuk mencari Muwaffiq. Ia penasaran amal apa yang dilakukan oleh Muwaffiq sehingga Allah Swt. menerima haji semua jamaah karenanya. Setelah bertanya-tanya, Abdullah mendapati Muwaffiq tinggal di ujung kota Damaskus.
Discussion about this post