Dulu ramai masuk pelabuhan Luwuk. Kini sudah bisa terhitung berapa kapal kapal yang bersandar dalam sepekan.
“Ini semua karena Luwuk bukan lagi menjadi pusat perhatian perdagangan,” tuturnya.
Artinya terjadi perpindahan arus perdagangan dari Luwuk menuju Balut.
“Kalau dulu wilayah ini punya daya tarik tersendiri, karena siapnya infrastruktur pelabuhan kontener,” katanya.
Tak itu saja, wilayah ini mendapat dukungan pula fasilitas hiburan serta pangan dan sandang tercukupkan.
Kini hal yang sama sudah tersiapkan pelabuhan Balut dengan adanya petikemas.
Belum lagi kita menghitung soal lapangan kerja yang berkurang di Luwuk setiap waktu.
“Sekarang ini Morowali menjadi primadona pencari kerja,” imbuhnya.
Purwanto justru mengaku optimis menghadapi perubahan ekonomi.
Meskipun satu sisi, akibat inflasi tersebut telah berimbas pula pada market penjualan produknya.
“Yang pasti menurun omzet penjualan,” ujar dia lagi.
Namun kita tetap optimis, salah satunya ia menyarankan pemerintah daerah membuat terobosan baru.
Jika tidak bisa menjadikan daerah ini sebagai pusat industri, jadikanlah daerah pariwisata.
Siapkan infrastrktur, tata kota dengan baik, siapkan pusat pusat perbelanjaan yang megah. Dengan begitu ekonomi daerah ini akan tumbuh dan membaik.
“Utamanya dari sisi persaingan pendekatan sektor pariwisatanya. Berharap bisa menjadi primadona kedepan,” harap Purwanto.*
Discussion about this post