Kesuksesan pribadi sangat ditentukan oleh seberapa besar seseorang memanfaatkan waktunya untuk meningkatkan kompetensi, meningkatkan kecerdasan, dan meningkatkan kemampuannya untuk kehidupan masa depan.
Kemampuan seseorang, selain merupakan talenta yang dibawahnya sejak lahir, kemampuan nya bisa di dapatkan melaui Pendidikan, pengalaman atau tempan berat yang pernah di laluinya.
Jarang dan sangt jarang, manusia-manusia hebat kelas dunia yang memiliki kualitas, kemampuan dan kompetensi yang bermain-main dengaan waktu.
Mereka yang hebat, sukses dan berhasil dalam mengelola jabatan dan mengelola harta nya adalah yang memiliki kecerdasan mengelola waktu yang kualitas nya diatas rata-rata.
Bila hanya kekuasaan atau jabatan yang dikejar, mengapa Soekarno dan Soeharto harus mengakhiri kekuasaan nya dengan sangat tragis, berhenti secara tidak terhormat.
Betapa banyak para menteri, gubernur, Bupati dan Walikota yang berakhir di Penjara. Semua ini karena waktu mereka habis hanya untuk memperkaya diri sendiri bahkan memelihara wanita lain dan nenelantrkan anak-anak kandung mereka.
Kalau hanya ingin membanggakan harta, qorun adalah contoh manusia terkaya yang diabadikan dalam kitab suci dan berakhir di tenggelamkan ke sungai Nil bersama Firaun hanya sekejap saja Allah meluluh lantahkan kekuasaan dan Harta itu.
Lukas Enembe, Sambo, Jhoni Flate, dan masih banyak para pemimpin yang tidak memiliki kecerdasaan dalam mengelola kekuasaan dan Harta nya harus berakhir waktu nya di Penjara.
Tahun 2024 Adalah Tahun yang Dapat Menjerumuskan Manusia Terbaik Bila Lalai Mengelola Waktu
Tahun 2024 kita akan mendapat pemimpin-pemimpin baru, baik di legislatif maupun di eksekutif.
Awal nya mereka memiliki niat yang baik untuk memimpin Indonesia menjadi negara yang maju, modern, dan sejahtera.
Dari semua egenda-agenda nasional berupa kesejahteraan dan kemakmuran, ada satu agenda yang sulit kita lakukan adalah menegakkan keadilan.
Dari semua sila-sila dalam Pancasila, yang tersulit di wujudkan adalah sila ke-5 yaitu Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Sejak indonesia merdeka, keadilan sosial, keadilan hukum, keadilan administrasi hingga keadilan pelayanan belum bisa di tegakkan.
Banyak pemimpin (Presiden, Gubernur, Menteri hingga Bupati/ walikota) yang ingin menegakkan keadilan, tetapi semuanya lempar handuk dan menyerah.
Keadilan hukum misalnya, para aparat penegak hukum tidak memiliki nyali yang kuat untuk menyemaratakan kasus-kasus besar yang melibatkan para pejabat tinggi.
Bila hanya pejabat sekelas gubernrur, Bupati dan walikota, semua memiliki keberanian untuk menegakkan Keadilan hukum, tetapi bila berkaitan dengan lingkaran kekuasaan politik dan kekuasaan istana, kasus-kasus tersebut pelan-pelan akan hilang dengan sendirinya.
Menurut Faisal assegaf (2023) bahwa semua persoalan bangsa ini diawali dengan kebohongan dalam berbangsa dan bernegara.
Kebohongan itu tercipta karena ketakutan para pejabat kepada Presiden dan ketakutan kepada Para Ketua umum partai.
Memuji-muji Prabowo dan memuji-muji Ganjar Pranowo adalah sebuah sikap yang menurunkan bobot demokrasi.
Indonesia mundur dalam berdemokrasi bila kebohongan dan ketakutan itu terus menjadi-jadi.
Harus ada keberanian moral dan keberanian intelektual menyampaikan kepada para elit bangsa ini, mana yang benar dan mana yang salah.
Para pemimpin yang terpilih pada 2024 harus memiliki pemikiran, sikap dan perilaku yang berani dan jauh dari kebohongan. Ingat lah bahwa kekuasaan jabatan dan kekuasaan akan harta tidak akan abadi. *
Discussion about this post