Namanya harum setelah wafatnya, ia disanjung tidak pada masanya dan semua prestasinya hanya Allah yang menilainya.
Harta
Di dunia ini, setiap orang pasti mau hidup serba berkecukupan, apalagi memiliki harta yang tumpah ruah.
Namun, harta hanyalah sekadar harta yang hanya memberikan kebahagian di dunia.
Harta yang dimiliki selama di dunia tidak akan ada artinya di akhirat, melainkan amal lah yang menjadi perhitungan untuk menuju surga.
Kekayaan yang diberikan Allah SWT malah membuatnya lupa dengan Sang Pemberi.
Pernah dikisahkah, Qarun memamerkan harta kekayaannya dengan mengenakan pakaian mewah, didampingi 300 pelayan laki-laki dan 300 pelayan perempuan.
Tak cukup itu, Qarun juga dikelilingi oleh 4000 pengawal dan diiringi 4000 binatang ternak, ditamah 60 ekor unta yang membawa kunci-kunci gudang dimana harta kekayaannya tersimpan.
Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Qashash ayat 76 yang artinya:
“Sesungguhnya Qarun adalah termasuk kaum Musa, maka ia berlaku aniaya terhadap mereka, dan Kami telah menganugerahkan kepadanya perbendaharaan harta yang kunci-kuncinya sungguh berat dipikul oleh sejumlah orang yang kuat-kuat.”
Janji Qarun untuk lebih taat beribadah dan membantu sesama jika diberi kekayaan oleh Allah SWT dilupakan.
Dia mempergunakan kekayaan tersebut dalam kesesatan, kezaliman, dan permusuhan sehingga membuatnya menjadi sombong dan terlena kekayaan.
Sosok Qarun sangat jelas mendurhakai Allah SWT. Qarun adalah sepupu Nabi Musa AS. Ia dikenal sebagai seorang hartawan di Mesir.
Dalam Alquran, nama Qarun disebut sebanyak empat kali. Satu kali dalam surat Almu’min dan Al-‘Ankabut, dua kali dalam surat Alqashas.
Allah SWT memberikan anugerah nikmat kepada Qarun berupa limpahan harta kekayaan. Tetapi, Qarun mengingkari nikmat ini.
Dia berkata, ”Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu karena ilmu yang ada padaku.” (QS Alqashas [28]: 78).
Oleh karena itu, Allah SWT menimpakan bencana sebagai hukuman untuknya sekaligus sebagai pelajaran bagi yang lain.
”Maka, kami benamkan Qarun beserta rumahnya ke dalam bumi. Maka, tidak ada suatu golongan pun yang dapat menolongnya dari azab Allah.” (QS Alqashas [28]: 81).
Kisah Qarun ini mengajarkan kita tentang bahaya sifat kufur, cinta dunia, dan sombong.
Allah SWT berfirman, ”Dan sesungguhnya Musa telah datang kepada mereka (Qarun, Fir’aun, dan Haman) dengan membawa keterangan-keterangan yang nyata. Akan tetapi mereka berlaku sombong di muka bumi, maka tidaklah mereka luput dari kehancuran.” (QS Al-‘Ankabut [29]: 39).
Kisah Qarun pun sekaligus mengajarkan kita arti penting sifat bersyukur. Allah SWT melalui syariat yang dibawa Muhammad SAW mengajarkan kita bagaimana cara menghindari karakter Qarun dengan berbagai cara.
Di antaranya adalah dengan membelanjakan harta di jalan-Nya seperti sedekah, zakat, infak, dan wakaf. Dalam Alquran, Allah SWT menjanjikan,
”Perumpamaan orang-orang yang menafkahkan harta di jalan Allah adalah serupa sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada setiap bulir terdapat seratus biji. Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa saja yang Dia kehendaki. Dan Allah Mahaluas lagi Maha penyayang.” (QS Albaqarah [02]: 261).
Kepandaian Qarun dalam ilmu agama membuat dirinya sering disebut dengan “Munawir” karena kemerduan suaranya dalam membaca kitab Taurat.
Selain itu, Qarun juga lihai dalam berbisnis dan mengetahui trik investasi yang menguntungkan serta jalur perdagangan internasional yang strategis.
Walaupun banyak yang mengenalnya sebagai sepupu Nabi Musa AS, Qarun justru menjadi pendukung Firaun.
Jauh sebelum memiliki kekayaan, Qarun hanyalah seorang lelaki miskin yang tidak mampu menafkahi anaknya yang banyak.
Lalu, suatu ketika Qarun meminta Nabi Musa AS untuk mendoakannya agar Allah memberikan harta benda yang banyak. Qarun yang dikenal sebagai orang yang saleh dan pengikut ajaran Ibrahim dengan baik, tanpa pikir panjang Nabi Musa AS pun menyetujuinya.
Islam memberikan rambu-rambu bagi manusia supaya tidak tersesat seperti Qarun.
Karenanya, Allah SWT mengingatkan bahwa hendaklah kita bersyukur atas limpahan nikmat kekayaan itu. Inilah yang tidak dilakukan Qarun sehingga Allah SWT menimpakan bencana terhadapnya. ”Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah nikmat kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (QS Ibrahim [14]: 7).
Discussion about this post