Reporter Sofyan Labolo
Luwuk Times — Hingga H-10 opening ceremony Porprov IX Sulteng Kabupaten Banggai, venue panjat tebing belum berdiri.
Kabarnya sarana olahraga milik Federasi Panjat Tebing Indonesia (FPTI) Kabupaten Banggai itu rampung 2 hari setelah pembukaan pesta olahraga tingkat regional tersebut.
Sebagai pemilik gawean olahraga empat tahunan, KONI Provinsi Sulteng bereaksi atas progress pembangunan yang jauh api dari panggang itu.
Wakil Ketua KONI Sulteng Endi Sagala kepada Luwuk Times, Rabu (30/11/2022) berpendapat, mestinya harus ada pengawasan ketat dari Dinas PUPR Kabupaten Banggai terhadap pembangunan venue panjat tebing.
Kalaupun pembangunannya baru akan tuntas tanggal 12 Desember 2022, bagi Endi tentu sangat pihaknya sangat menyayangkan.
“Mereka harus pahami. Selain panjat tebing, tempat yang sama ada open ceremony tanggal 10 Desember. Bagaimana pandangan mata kita. Sudah pasti sangat terganggu,” ucapnya.
Duduk Bersama
Baik secara pribadi maupun kelembagaan KONI Sulteng kata Endi sudah seharusnya mempertanyakannya. Bagaimana solusinya agar bangunan itu berdiri. Teknisnya seperti apa. Tentu harus duduk bersama.
Rencananya sambung Endi, pihaknya akan mengundang semua yang terlibat pada proses pembangunan fasilitas olahraga berbandrol Rp 1,5 miliar itu.
“Kalau tanggal 1 Desember ini tidak bisa rampung atau tidak bisa meyakinkan, maka saya akan panggil semuanya. Mulai dari kontraktor, PUPR, panitia pelaksana serta technical delegate atau Pengkab FPTI,” ucapnya.
Inti dari pertemuan itu sudah pasti membahas tentang apa yang harus dibuat untuk mengejar agar sebelum pembukaan tanggal 10 Desember pekerjaannya tuntas.
Berdasarkan schedule awal, para atlet panjat tebing mulai berlaga pada tanggal 10 Desember. Namun karena ada prosesi pembukaan, sehingga mundur sehari atau tanggal 11 Desember.
“Sementara kalau bangunan selesai tanggal 12 Desember, maka ada 2 hari orang akan melihat bangunan itu tanpa baju. Yang saya jaga itu. Termasuk para atlet saat pertandingan nantinya,” kata Endi.
“Nah bagaiamana kita mengakalinya, sehingga kita harus ketemu. Bukan hanya via telepon atau kejar kejaran kucing. Kita ada, tapi dia tidak ada. Intinya kita harus ketemu,” tambah Endi.
Bersambung sebelah
Discussion about this post